Lihat ke Halaman Asli

Kebohongan Perusahaan Kala Mengundang Wawancara

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Peristiwa ini pernah dialami oleh penulis sebanyak dua kali. Kejadian yang bermula saat penulis memasukan lamaran sebagai manajer hukum (legal manager) di sebuah perusahaan (holding company) yang besar. Satu peristiwa lagi saat penulis memasukan lamaran yang sama di sebuah perusahaan yang baru akan membuka kantor operasionalnya di Indonesia. Kejadian yang satu dengan yang kedua tentunya di waktu yang berlainan dan terjadi beberapa tahun yang lalu.


Apa yang ingin disampaikan penulis kali ini? Yang ingin disampaikan adalah keinginan penulis untuk melamar posisi manajer hukum tersebut, tentunya didasari pengalaman dan kualifikasi penulis sebagai manajer hukum di beberapa perusahaan (holding company dan terbuka) sebelumnya. Bak gayung bersambut, penulis mendapatkan undangan wawancara kerja atas lamaran yang telah diajukan. Persiapan tentunya dilakukan dan penulis tak lupa melakukan konfirmasi baik melalui email ataupun telepon bahwasanya undangan tersebut memang untuk posisi manajer hukum.


Saat yang dinantikan pun tiba, penulis telah sampai ke perusahaan dimaksud. Bagian sumber daya manusia melalui stafnya mempersilahkan penulis mengisi form yang disediakan (meskipun sebenarnya dari sisi CV penulis telah lengkap, tetapi ya sudahlah prosedur tetap dijalankan). Seperti proses pada umumnya setelah pengisian form selesai, manajer sumber daya manusia biasanya bertemu dengan penulis dan wawancara dilakukan sebelum atau setelah wawancara dengan seseorang yang berwenang di departemen hukum. Untuk perusahaan yang pertama penulis diwawancara oleh tiga orang direktur (salah satunya direktur asing) dan pada perusahaan yang kedua wawancara dilakukan oleh manajer hukum (di sini mulai agak aneh dikarenakan penulis melamar sebagai manajer hukum juga, tetapi penulis tetap mengikuti proses tersebut, siapa tahu manajer hukum tersebut dalam proses mengundurkan diri).


Singkat cerita, untuk perusahaan yang pertama, kebohongan baru penulis ketahui saat ingin melakukan penandatanganan kontrak. Pekerjaan yang ditawarkan ternyata pekerjaan MIT (dengan perkataan lain, arti MIT di sini adalah Manager In Training, bersamaan dengan 45 (empat puluh lima) orang lainnya yang senasib dengan penulis), meskipun gaji yang ditawarkan setingkat manajer yunior alias dua digit. Kepalang basah dengan izin-izin penulis pada perusahaan yang lama, penulis pada akhirnya terpaksa mengambil pekerjaan tersebut. Pertimbangan lain adalah penulis memegang komitmen direktur sumber daya manusia, bahwasanya right man in the right place.


Ternyata keputusan yang penulis ambil salah. Setelah mengikuti on job training selama 6 (enam) bulan dan penulis dinyatakan lulus, penulis tidak ditempatkan sebagai manajer hukum (teman-teman manajer yang lain pun bernasib sama, tidak ditempatkan di bidang yang dilamarnya). Penulis justru ditempatkan sebagai manajer operasional sumber daya manusia. Artinya komitmen yang pernah dijanjikan tersebut bohong belaka. Dua bulan setelah penulis ditempatkan, akhirnya penulis mengundurkan diri dengan sukses tanpa membayar penalti sebagaimana kontrak yang telah dibuat (hehehe... hal ini pun pada akhirnya banyak diikuti oleh teman-teman manajer lainnya.. ;)).


Selanjutnya kebohongan yang dilakukan perusahaan kedua diketahui saat penulis diwawancarai oleh manajer hukum perusahaan tersebut. Ternyata manajer hukum tersebut memang tidak mengundurkan diri seperti perkiraan awal penulis. Manajer hukum tersebut mencari seseorang dengan posisi staf (hillow.. kenapa iklan yang dipasang mencari manajer hukum, Bos?). Kemudian sang manajer hukum meminta penulis mengikuti proses selanjutnya dengan mengirimkan melalui email draft kontrak dalam bahasa Inggris terkait bidang perusahaan tersebut sebagai bagian dari tes.


Penulis kemudian mengiyakan sesaat atas permintaan tersebut. Mengucapkan terima kasih atas wawancara yang telah dilakukan. Plus keesokan harinya mengirimkan email yang berisi bahwasanya penulis tidak ingin melanjutkan proses selanjutnya dikarenakan tidak lowongnya posisi manajer hukum. Selain itu, penulis juga tidak ingin mengirimkan draft kontrak yang penulis miliki untuk kepentingan perusahaan tersebut dikarenakan tidak jujurnya perusahaan tersebut memasang iklan lowongan pekerjaan (untuk yang ini, penulis hanya berkata dalam hati saja.. hehe..).


Salam keadilan... ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline