Tak Terverifikasi (Biru) Tak Mengapa

Beberapa waktu yang lalu, Kompasiana menelurkan hal yang baru, yakni verifikasi biru bagi akun Kompasianer yang terverifikasi. Bila bertujuan untuk melakukan spesialisasi atas tulisan para Kompasianer, tentunya hal yang baik, meski sudah ada kanal-kanal khusus. Hal yang mungkin dilupakan adalah banyak Kompasianer yang memang tidak ingin terverifikasi. Seperti kami yang seringkali menuliskan tema hukum, tentunya tetap tidak akan diberikan verifikasi biru dikarenakan kami memang tidak ingin terverifikasi.

Cukuplah bagi kami membuat tulisan-tulisan, yang mudah-mudahan bermanfaat bagi Kompasianer. Tak lebih dan tak kurang, hitung-hitung sebagai pembelajaran bagi kami pula untuk membuat tulisan hukum dengan bahasa awam dan membumi. Terlepas dari beberapa penghargaan yang diberikan admin kepada kami dengan menjadikan tulisan kami highlight, trending articles, headline, termasuk dalam rating tertinggi dan kolom ter- yang lain. Kami anggap itu semua sebagai bonus bagi kami dan kami mengucapkan terima kasih atas hal tersebut.

Kebahagiaan kami adalah dapat saling sharing dan connecting dengan Kompasianer. Yang tentunya dalam batas-batas yang tetap menjaga etika satu sama lain. Kami menghormati kontrak baku yang dibuat admin Kompasiana. Meski dalam beberapa hal dirasakan tidak adil bagi kami (dalam hal ini termasuk keterbatasan mengikuti acara nangkring dlsb). Walaupun sebenarnya, dalam setiap email acara nangkring, kami mengirimkan identitas diri dan nomor telepon, tetap saja syarat yang diberikan adalah disyaratkan terverifikasi terlebih dahulu.

So, tidak terverifikasi atau tidak terverifikasi (biru) bagi kami tak mengapa. Tidak menjadi masalah bagi kami. Seperti kita ketahui bersama, suatu tulisan akan menemui pembacanya sendiri dan kami percaya akan hal itu. Akhir kata sukses untuk kita semua dan happy week end, para sobat Kompasianer.

Salam keadilan... ;)