JAKARTA-Telah kita ketahui bersama para menteri yang akan membantu pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk lima tahun ke depan. Ada sejumlah menteri baru. Ada wajah-wajah lama, walau sebagian tak lagi menempati posisi yang sama. Beberapa dipertahankan di tempat yang sama.
Bisa dipahami jika formasi kabinet 2019-2024 ini mungkin tak dapat memuaskan seluruhnya. Walau demikian, masyarakat tetap mengapresiasi pilihan Pak Jokowi dan Kyai Ma'ruf Amin. Tentunya memang tidak mudah memperoleh yang terbaik, apalagi dengan berbagai pertimbangan logis dan politis. Mungkin karena itu pula publik tetap menaruh kepercayaan besar terhadap pilihan Jokowi dan Ma'ruf Amin ini.
Penelusuran dari berbagai sumber menunjukkan, secara umum pasar juga menyambut baik formasi menteri pada pemerintahan periode kedua Jokowi ini. Para pelaku ekonomi, misalnya, merespon positif penunjukkan Airlangga Hartarto sebagai Menteri Koordinator Perekonomian. Publik melihat besarnya kepercayaan dari Presiden Jokowi kepada Airlangga Hartarto. Jokowi tampaknya puas dengan kinerja Airlangga Hartarto saat menjadi Menteri Perindustrian.
Tugas yang diemban Airlangga Hartarto sebagai Menko Perekonomian tentunya jauh lebih berat dibanding penugasannya sebagai Menperin. Airlangga Hartarto dituntut untuk piawai dalam menyelaraskan, mengharmonisikan dan pastinya meningkatkan kinerja dari kementerian-kementerian yang berada di bawah kewenangannya, termasuk kementerian perindustrian dan perdagangan.
Di tengah dinamika ekonomi global Airlangga Hartarto menghadapi tantangan besar berkenaan dengan defisit neraca perdagangan dan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi. Itulah juga yang diisyaratkan Presiden Jokowi. Bagaiamana Ketua Umum Partai Golkar ini harus bekerja keras untuk mengurangi defisit neraca perdagangan, sebagaimana diminta oleh Jokowi.
Di samping ditugasi mencari produk-produk yang ke depannya mampu menjadi solusi untuk mengurangi neraca perdagangan, atau defisit, Airlangga Hartarto juga ditantang untuk dapat mengembangkan kawasan yang dapat menunjang ekspor tekstil dan sektor-sektor lain.\
Terkait dengan itu, Airlangga Hartarto mencontohkan rencana pengembangan lebih jauh dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Marowali, Sulawesi Tengah. Investasi di Marowali diisyaratkan akan ditingkatkan, sehingga ke depannya bisa meningkatkan devisa ekspor. Airlangga Hartarto mengisyaratkan model pengembangan kawasan Marowali bisa diduplikasi ke daerah lain.
Besarnya tantangan di sektor perekonomian tentunya diharapkan lebih menggairahkan Airlangga Hartarto. Apalagi terkait dengan masalah defisit neraca perdagangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pada September 2019 defisit sebesar US$ 160 juta. Angka ini memburuk dibanding bulan sebelumnya yang mencatatkan surplus US$ 85 juta.
Neraca perdagangan mulai mengalami defisit sejak tahun lalu. Sepanjang 2018, defisit neraca perdagangan bahkan mencapai US$ 8,57 miliar, yang menjadi terburuk sepanjang sejarah. Airlangga Hartarto juga mengisyaratkan, penurunan defisit neraca perdagangan akan dilakukan dengan mengurangi impor non-migas lewat substitusi. Setelah itu, meningkatkan produksi migas dalam negeri. Pengurangan defisit neraca perdagangan juga bisa dilakukan dengan langkah implementasi biofuel, termasuk biodiesel 100%.
Selamat bertugas, Pak Airlangga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H