Lihat ke Halaman Asli

Benci, Kenapa Harus Kamu...

Diperbarui: 4 September 2015   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nina memandangi layar ponselnya dengan nelangsa. Membaca kalimat singkat yang tertera disana.

"Maaf ya, kemarin ngga bisa datang. Masih sibuk sama kerjaan kantor." Setelah menghela nafas. Nina mengetik, membalas pesan tersebut.

"Okei, ngga papa... :)" lalu SEND!

Nina meletakkan ponsel pintar itu di atas mejanya, menghitung beberapa detik, walau otaknya sudah berusaha mengalihkan fikirian dari menunggu, apakah masih ada balasan dari lelaki itu, tapi hatinya masih berharap. Berharap akan ada pesan lanjutan, sekedar menanyakan kabarnya, atau mungkin janjian sekali lagi untuk membalas pertemuan yang batal kemarin malam.

Tapi sampai Nina mengantuk, dan kalau tidak salah hitung, hampir 1 jam. Balasan yang di harapkan, sama sekali tidak menunjukkan tanda tanda akan muncul. Nina menghela nafas lagi. Dengan gerakan malas, di simpan nya ponsel itu kedalam laci, lalu bergegas tidur.

'Mudah mudahan aku tidak memimpikanmu lagi malam ini' batinnya.

 

"He don't  love you!"

Ujar Bianca sore itu di kedai kopi langganan mereka. Nina mengelak dari tatapan tajam sahabatnya itu. Lidahnya kelu untuk adu argumen dengan Bianca, karena kalimat Bianca barusan merupakan talak 3 dari perasaannya terhadap lelaki itu.

"Ayolah Nina sayang, dia itu sama sekali tidak punya keinginan untuk menjalin hubungan yang serius denganmu, semua yang di lakukannya kita tahu tidak ada yg istimewa, hanya perkenalan biasa, obrolan biasa, jangan mau di PHP sama perasaan sendiri."

Bianca menghembuskan asap kreteknya. Nina mengibaskan tangannya karena asap kretek Bianca mengudara persis di hadapan nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline