Puisi : Edy Priyatna
Keadaan ini kembali kutatap langit. Alam warna dan garisnya tetap sama. Setingkat kasta merah tak nyata lagi. Masih walau hujan terlihat reda. Berhenti malam tiba saja telah larut. Terlena nampak ada pendar cahaya. Semarak namun tak kulihat candra. Kamar terjadi selama berapa keadaan. Sebaliknya sebentar saja kemudian terang kembali. Balik lagi menghamburkan lahar matang. Mantap memporakporandakan kehidupan alam. Cipta udara pengap menurut orang di sini. Penaka tak memiliki cermin untuk mawas diri.
Kembar selanjutnya warna telah berubah. Berganti hingga membuatku terjaga. Selanjutnya sadar bila membiarkan emosi. Kemudian batin ketika masanya dilewati. Dengan mulai memicu hujan nan banyak. Meluap mengganggu perjalanan musim. Waktu begitu tak terhitung lagi. Sangsi cukup mendebarkan hati. Cekam lubuk hati menimbulkan kegelisahan. Kepanikan sedikit meresahkan orang. Anak buah bekerja terus mata angin selatan. Berkunjung ketempatku datang bersama badai baskara. Hatiku turut bersinar dalam aktualnya.
(Pondok Petir, 12 Oktober 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H