Lihat ke Halaman Asli

Edy Priyatna

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi | Tiada Tertahankan Aku Rindu

Diperbarui: 4 September 2019   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengguncang dahsyat mampir ketempatku. Lingkungan gubah kegalauan hati. Emosi mengantarkan gelora renjana. Kasih sayang termasuk mengetuk jendela. Hingga sangkat larut melewati dini. Meski ditutup dengan hujan badai. Cepat mataku tetap tak dapat dipejamkan. Akan tetapi namun hatiku telah terlena. Terpejamkan hingga waktu subuh. Setelah menghadap sang pencipta.

Sementara kau sambut bisikkan. Bersenang hatilah hari ini akan rindu. Ketika saat fajar mulai menyingsing. Hamba termenung memandang laut. Takdirnya gempa itu adalah pintuku. Jelas masuk kedalam getaran. Kelak bersukacitalah karena akan penting. Beta agungkan di masa depan. Kemudian ketika kutatap wajahmu. Tanpa sadar air mata jatuh. 

Kelewat sangat adalah gumpalan. Melalui rasa berpacu dalam waktu. Tetapi memoriku tetap dapat mencatat. Mengukir waktu telah berputar. Disiplin ilmu sangat bermanfaat hikmah. Sudah pernah kudapat batasku singgah. Rasa hati ingin berontak mulutpun. Ingin berteriak namun lidah kelu. Bagi ventilasi dan jendela hatimu. Tiada tertahankan aku rindu.

(Pondok Petir, 18 Agustus 2019)

Puisi : Edy Priyatna




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline