Puisi : Edy Priyatna
Kembali aku menangis kali ini tanpa air mata. Transparan membayang bernas pikiran. Pada dua waktu bersamaan tiada mampu. Demi untuk melihat bahkan menurut. Logat dalam hikayat sang raja penguasa. Adalah penyayang entah siapa. Kepada siapa lalu dengan tongkat dia berputar. Lebat deras maka keluar jebrol. Kekayaan bumi lumpurpun meluap. Rakyatnya sekarat melarat terpuruk.
Tergambar dengan kasat mata para pejuang. Ada datang mereka telah hilang. Kembali dengan tanda janur kuning. Serta asfar dengan jiwa merah putih. Julukan dalam hikayat waktu terus. Meluncur lumpur terus menghormati. Pembesar menghilang bersama tongkatnya. Kelompok perkampungan babakan desa. Telaga menjadi rata dahanam gelegar. Lantang gemuruhnya mencekik rakyat.
(Pondok Petir, 06 Agustus 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H