Puisi : Edy Priyatna
Seumpama anugerah itu gemuruhkan dada. Getarkan raga luruhkan jiwa. Sudahkah pernah menjelma. Dalam langkah sehari keadaan. Pada amal ibadah amalan. Saat langit mengukir gelap. Berhias lembayung di ufuk sana. Aku rasakan hentakan malam menyelimuti. Namun konon agaknya hitam dindingnya. Panjang pilih kasih membentang.
Ketika bicara celotehan tentang sukma. Sulit untuk kita tafsirkan. Benda sesuatu nan tersurat. Gerangan pula tersirat. Kita tidak tahu itu. Hingga aku tak dapat memelukmu. Kepada cakrawala langit ku katakan. Pada malam ku dongengkan legenda. Betapa sarat hati ini berisi ingin. Sungguh penuh jiwa tertanam angan.
Sekiranya nyalakan api cinta. Mengenal dekat diri sejati. Resah itupun menggigit. Sekali membara berkobar gejolak jiwa. Arwah sukma nan nyata. Sesudah waktu tersisihkan akan sedih. Hanya karena sahabat aku duduk. Menanti di saung sawah hijau. Berharap besok ketika membuka buku. Mendung putih di langit biru.
(Pondok Petir, 03 Maret 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H