Lihat ke Halaman Asli

Edy Priyatna

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Setiap Hari Selalu Berjalan Tak Henti Nuraniku Berkata Cium dan Menangis

Diperbarui: 10 Maret 2016   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setiap Hari Selalu Berjalan Tak Henti Nuraniku Berkata Cium dan Menangis

Puisi : Edy Priyatna

Demi terjaga aku merunduk sedih karena tak mampu melakukan segala melanda malah berpikir menjanjikan lahan investasi sepanjang sangkala ujian masuk ke anak jenius lulus diterima dengan baik sejarah indonesia apa-apa hanya tangis tertumpah bersama doa berharap melihat mu lagi kembali bangkit bendera mu seluruh berkibar tinggi senantiasa mewangi

Nestapa ku tidak untuk negeriku walau sekarang ini masih terus di uji air air mata sudah banyak terkuras terketuk memandikan orang-orang fakir menggadai nyawanya di tempat sampah air mataku sudah mulai tumbuh meringkai untuk saudara ku negeri timur bagi busung lapar di tanah nya sendiri menderita karena hartanya dirampas capailah meratap untuknya

Semasa datuk datang menjemput demi menolak dengan alasan di sana tak ada mata pelajaran sejarah indonesia saya orang indonesia katanya tegas bagaimana aku akan menjadi Indonesia kalau tidak pernah belajar sekarang kami merasa telah berbeda kau bagaikan dewa membunyikan karena sudah terlalu lama menanti janji-janji tak kunjung datang di ujung

Murungku tak ada lagi tersisa tertinggal semua untuk meratapi negeri ku dewasa ini ingin rasanya menciumi telapak para pemimpin tetapi rasa itu tiba-tiba gaib karena telapaknya terlalu nian halus dan bersih sementara para tukang pembuang sampah telapaknya mengelupas kasar dan kotor setiap hari selalu berjalan tak henti nuraniku berkata cium dan menangis

(Pondok Petir, 09 Maret 2016)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline