Lihat ke Halaman Asli

Edy Priyatna

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Masa Depan Kita Semua Puncak Kesenangan

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi : Edy Priyatna

Saban malam senantiasa sunyi
saat larut tiba bersama senyap
udara dingin berteman sepi
tanpa ada ramai hiruk pikuk
tak ada gaduh ingar sedikitpun
hanya ada angin semilir

Menelan hangat di dalam mimpi
mengikuti jejak alunan malam
padahal biasanya kerap terdengar
suara indah pengantar tidur
nyanyian jangkrik temaram
melantunkan tembang kekosongan

Kau sangat lebat dan perkasa
dalam pertama kali melihatnya dulu
ketika kini aku mengingatnya kembali
sangat indah mempesona dan mengagumkan
kau dulu laksana paru-paru nusantara
banyak rasa nan telah kau berikan

Namun banyak orang tak pernah puas
dengan apa nan telah kau beri
berusaha selalu meminta lebih
mereka hanya mementingkan diri dan hasrat
kegaduhannya letusan gunung keserakahan
panasnya lahar meleleh menjadi ambisi dunia

Sumpah sampah terucap demi kenikmatan
ciptakan mantra-mantra syirik
tenggelamkan rakyat dalam lumpur sesat
melupakan sang pencipta alam semesta
terlalu cinta dengan pesona kefanaan

Semesta jalan masih dalam remang
semua keadaan ditutupi mega hitam
ulah kemunafikan para pembesar
bukit merdeka telah kita naiki
rintangan perjalanan menuju cahaya asa
masa depan kita semua puncak kesenangan

(Pondok Petir, 05 April 2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline