Lihat ke Halaman Asli

Pusat Diminta Turun Tangan Atasi Limbah Pati Aren

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Klaten – Warga Dukuh Margoluwih, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten mendesak pemerintah pusat turun tangan menyelesaikan persoalan limbah pati aren (onggok) di desa setempat.

“Limbah pati aren itu merupakan sisa produksi mie soun dari industri rumah tangga milik warga. Ada dua jenis limbah yang dikeluaran, yakni limbah padat dan cair,” ujar Suradi (50) warga Margoluwih, Desa Daleman, Kamis (23/8).

Suradi menuturkan, akibat tidak adanya tempat pembuangan maka limbah tersebut dibuang disembarang tempat, misalnya di pelataran kosong dan sungai. Akibatnya limbah itu menumpuk dan mengganggu lingkungan.

“Kondisi ini sudah berpuluh-puluh tahun sehingga limbah menjadi menggunung dibeberapa tempat,” tuturnya.

Hadi (53) warga lainnya menambahan, kekhawatiran muncul setiap musim penghujan tiba. Dimana limbah yang sudah menggunung dipinggiran sungai akan menyumbat arus sungai.

“Kami khawatir setiap hujan deras tiba terjadi banjir. Hal itu lantaran aliran air yang tidak lancar karena tersumbat limbah padat. Sementara untuk limbah cair mencemari air sumur,” ujar Hadi.

Hadi menjelaskan, sebenarnya kawasan indutri rumah tangga ini pernah dijadikan sebagai pilot project pemberdayaan limbah industri sebagai bahan dasar pembuatan biobriket. Namun uji coba tersebut belum juga berhasil.

“Untuk mengurangi volume limbah padat yang setiap hari menumpuk, kini warga memanfaatkan limbah aren itu sebagai pakan ternak sapi. Namun hal itu tidak begitu mempengaruhi volume,” ujarnya.

Kepala Desa Daleman, Bahtiar Joko Widagdo mengatakan, ada ratusan industri rumah tangga di desanya yang merupakan produsen mie soun. Mereka tersebar di beberapa dukuh seperti Dukuh Margoluwih dan Bendo.

“Setiap harinya industri rumah tangga ini menghasilkan limbah sekitar 60 ton yang terdiri dari limbah padat dan cair. Minimnya lokasi pembuangan membuat limbah dibuang disembarang tempat,” ujarnya.

Bahtiar menjelaskan, penanganan soal limbah sebenarnya sudah berkali-kali dilakukan baik dari pemerintah, lembaga pendidikan hingga swasta. Namun hingga saat ini belum membuahkan hasil maksimal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline