A. Prolog
Pulau pantar secara geografis terletak di wilayah Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan letak pulau pantar yaitu : bagian timur pulau pantar berbatasan dengan pulau Pura, Tareweng, Ternate Besar, Pulau Buaya dan Pulau Alor, bagian barat berbatasan dengan Pulau Flores, utara berbatasan dengan Laut Flores dan Pulau Lapang, dan bagian Selatan berhadapan dengan Selat Ombay.
Pulau pantar secara administratif dibagi kedalam lima Kecamatan yaitu Kecamatan Pantar ibu Kota Kabir, Kecamatan Patar Timur Ibu Kota Bakalang, Kecamatan Pantar Tengah Ibu Kota Maliang, Kecamatan Pantar Barat Ibu Kota Baranusa, dan Kecamatan Pantar Barat Laut Ibu Kota Marica.
Pulau pantar adalah pulau yang memiliki ragam suku/ klan yang berdomisili di dalamnya, dan tentu secara otomatis pulau pantar juga pasti memiliki ragam kebudayaan, mulai dari sistem kepercayaan dan religi, bahasa, mata pencaharian, sistem kesenian dan lain sebagainya.
Jarak tempu untuk menuju ke pualu pantar dari ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu Kota Kupang bisa melalui dua jalur yaitu jalur udara dan jalur laut, jalur laut jarak tempu menuju pulau pantar berkisar 20 hingga 24 jam dan jarak tempuh menggunakan jalur udara (pesawat) berkisar 45 menit dan hanya sampai di Alor (Kalabahi) dan kemudian untuk menuju ke pulau pantar harus menggunakan perahu motor penyebrangan, dengan jarak tempuh yang berfariasi sesuai dengan tempat tujuan yang akan di tuju.
B. Nama Pulau Pantar
Nama pulau pantar menurut seajarah lokal diambil dari nama tali bakul yaitu dari kata Pantar Le, yang menurut cerita lokal bahwa pada masa kependudukan belanda ada orang belanda yang sedang jalan-jalan kemudian bertemu dengan salah seorang perajin bakul yang sedang menganyam tali bakul, dan orang belanda tersebut menanyakan kepada pengrajin tersebut, tentang apa nama pulau tersebut, dan kebetulan pengrajin yang sedang menganyam tali bekul tersebut ada gangguan pendengaran (tuli), jadi pengrajin tersebut mengira bahwa orang belanda tersebut menyakan ia sedang apa, sehingga ia menjawab bahwa ia sedang menanganyam tali bakul sehingga menjawab secara spontan bahwa Pantar Le yang berari "Tali Bakul".
Dari percakan sederhana yang besifat miskomunikasi tersebut, kemudian orang belanda tersebut mengambil kesimpulan bahwa nama pulau tersebut ialah Pulau Pantar seperti yang sekarang digunakan oleh kebanyakan orang dalam penyebutan nama pulau tersebut.
Namun ada perpektif lain yang menyebutkan bahwa nama pulau pantar yang sesungguhnya adalah Gali Au, seperti kebanyakan dalam tuturan sejarah lokal orang-orang menyebutkan dalam suatu semboyan yaitu Gali Au Watang Lema dan Solor Watang Lema, yang menunjukan hubungan antara kedua daerah teresbut sebagai hubungan kekeluargaan yang bersifat kakari (kakak -beradik), namun perpektif ini harus ada pendalaman yang mendalam baik secara historis ataupun sifatnya ilmiah, sehingga kita dapat memahami secara utuh nama sesungguhnya dari nama pulau pantar teresbut serta kebudayaan yang inklud didalamnya.
C. Hipotesis tentang keberadaan Orang India di Pulau Pantar
India adalah satu suku-bangsa yang cukup terkenal dalam perdagangan internasional, dan memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi jika dihadapkan pada peradaban-peradaban kuno lainnya yang ada di dunia. Untuk wilayah asia bagian tiimur, India dan Cina merupakan dua suku-bangsa yang sudah lama membangun kontak dagang dengan bangsa-bangsa yang memiliki peradaban tinggi, misalnya dalam kajian Philip K. Hitty sebagaimana yang di tulis dalam bukunya The History Of Arabs Ia mengungkapkan bahwa bangsa cina dan india sudah membangun kontak dagang dengan timur tengah (Mesir) sudah terjadi 2500 SM melalui jalur darat.