Lihat ke Halaman Asli

Gili di Lombok Tidak Selamanya Trawangan

Diperbarui: 4 November 2017   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Lombok, bukan memiliki arti cabai seperti yang sering kita kira. Lombok bermakna lurus yang tertulis pada buku Negara Kertagama pada kalimat 'Lombok Sasak Mirah Adi' zaman kerajaan Majapahit yang artinya masyarakat Lombok memiliki hati yang lurus untuk dijadikan permata kejayaan. Seperti pengertiannya, begitu juga yang saya rasakan saat berkunjung ke Lombok.

Ramahnya masyarakat Lombok dari kota hingga desa, dari pesisir pantai hingga daerah dataran tinggi menemani saya saat menjelajah Lombok. Keramahan yang dipadu dengan indahnya alam Lombok yang begitu memesona menjadikan Lombok sebagai tujuan wisata yang harus masuk ke dalam daftar utama tempat wisata yang wajib dikunjungi.

Masyur dengan Gili Trawangan, Air dan Meno di barat laut dan lokasinya yang dekat dengan pulau Bali menjadikan Gili-gili tersebut menjadi destinasi favorit di Lombok. 

Dokumen pribadi

Namun banyak yang tidak tahu jika Lombok menyimpan banyak pesona wisata selain Gili-gili di barat lautnya. Perpaduan keindahan alam, kearifan budaya dan lezatnya kuliner dapat  kita dapatkan di Lombok. Fasilitas dan akses juga sudah mendukung sehingga tidak sulit bagi wisatawan untuk menjelajah Lombok. Gili-gili di area Sekotong Lombok Barat,  di area pelabuhan Lembar salah satunya.

Tidak sulit untuk menemukan penyebrangan ke gili Sudak, dengan aplikasi penunjuk jalan di smartphone sudah cukup jelas mengarahkan jalan. Dari Mataram sekitar satu setengah jam menggunakan kendaraan roda dua dengan mengambil titik tujuan Penyebrangan ke Gili Sudak.

Nikmati saat masuk jalan Raya Sekotong -- Lembar, bukit-bukit dengan padang rumput kuning kecoklatan, gradasi laut toska dan biru gelap, awan seperti kapas  lembut yang melayang serta suasana pelabuhan Lembar menjadikan perjalanan yang tidak membosankan.

Kami ragu saat aplikasi mengarahkan ke jalan tanah merah berbatu. Tiba-tiba seorang ibu yang sepertinya melihat keraguan kami dengan ramahnya menyapa lalu menanyakan tujuan kami. 

Ibu yang tidak sempat saya tanyakan namanya memberitahukan kalau jalan tersebut memang jalan menuju penyeberangan Gili Sudak. Masuk ke area pemukian sudah terdapat banyak plang-plang yang menyediakan jasa perahu penyeberangan. Kami disambut dengan tawaran-tawaran jasa penyeberangan dengan ramah tanpa paksaan.

Dokumen pribadi

Pak Nasar dan kedua anaknya menemani kami. Selain memberikan jasa perahu, Pak Nasar juga seorang nelayan yang menangkap ikan dengan teknik spear fishing (berburu ikan dengan menggunakan tombak). Tidak dengan alat yang modern tapi dengan tombak tradisional. Ikan-ikan yang diambil juga tidak sembarangan. 

Jenis, ukuran dan lokasinya harus sesuai ketentuan, pilih-pilih. Bukan karena nantinya tidak laku saat dijual, tapi untuk menjaga kelestarian biota laut di perairan Sekotong. Hasil tangkapan Pak Nasar dijual di homestay dan restoran di area Gili Sudak.

Gili Naggu menjadi pemberhentian pertama. Lokasinya terluar diantara Gili-gili lainnya di area Sekotong. Sudah banyak homestay dan resort disini dan cukup ramai dikunjungi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline