Lihat ke Halaman Asli

Mengajari Anak (dan Diri Sendiri) Menyusun Anggaran Keluarga

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat si sulung sudah sering merengek meminta mainan, atau si bungsu sudah mengenal jajan, tidak ada salahnya kita mengajari mereka berhemat dengan memperkenalkan anggaran keluarga. Selain membuat menyadarkan anak nilai uang sejak dini, menyusun anggaran bersama juga mengajari kita memulai transparansi dan demokrasi dari rumah.

Alat bantu yang diperlukan:


  1. Kertas dan alat tulis (atau program spreadsheet seperti excel)
  2. Uang dengan berbagai pecahan nominal
  3. Buku tabungan
  4. Slip gaji (jika ada)
  5. Bon dan billing (tagihan)

(Sebaiknya semua anggota keluarga inti berkumpul, bermain pura-pura rapat: ibu menjadi fasilitator, dan jika anak sudah bisa menulis bisa diminta menjadi notulen.)

Anggaran sederhana dapat distrukturkan sebagai: Pemasukan, Investasi, Pengeluaran.

Untuk menyusun anggaran, mulailah dengan pemasukan. Pemasukan dapat dibagi menjadi 2: pemasukan tetap dan tidak tetap. Tuliskan siapa saja anggota keluarga inti, dan daftarkan sumber pemasukan dari tiap anggota (sumber yang dimaksud adalah yang berasal dari luar, jadi seandainya ayah memberikan uang belanja pada ibu di sini jangan dihitung sebagai pemasukan). Misalnya: ayah bekerja mendapatkan gaji sekian (tunjukkan lewat slip gaji), ibu berbisnis dengan penghasilan sekian, anak mendapatkan uang jajan dari nenek sejumlah sekian. Untuk memudahkan gunakan satuan bulanan.

Setelah itu, mengikuti budaya baru, biasakan untuk melakukan “pemasukan - investasi = pengeluaran” (beralih dari budaya lama, “pemasukan – pengeluaran = investasi”).

Untuk investasi, bisa dibagi menjadi jenisnya, antara lain: tabungan, deposito/ tabungan berjangka, asuransi (tunjukkan buku atau perhitungan polis yang ada).

Dari selisihnya, mulailah kita perhitungkan pengeluaran. Anak dapat didorong berlatih berhitung jika telah mampu.

Pengeluaran bisa dibagi menjadi beberapa pos, antara lain (silahkan ditambah berdasarkan karakter keluarga):

Pendidikan: uang sekolah, les, buku

Tagihan utilitas: air, listrik, internet/ telepon/ ponsel, kebersihan.

Kesehatan: Imunisasi, suplemen, olahraga, obat ringan, dokter

Kebutuhan belanja sehari-hari (pangan, perawatan tubuh, perawatan rumah, energi, sandang)

Kebutuhan transportasi: ongkos kendaraan umum atau bensin

Tagihan berlangganan: koran, majalah, TV kabel

Gaji pelayan: pembantu, baby sitter, supir, tukang kebun

Hiburan: makan di restoran, nonton di bioskop, mainan, salon

Cicilan: rumah, kredit konsumsi lainnya.

Pemeliharaan: rumah, kendaraan, peralatan dan perabot

Biaya tak terduga

Hadiah dan amal

Urutkan pengeluaran sesuai prioritas yang ditentukan bersama. Anak dapat didorong berpendapat dan belajar berdebat dengan logika saat menetapkan prioritas.

Setelah anggaran selesai disusun, buatlah ini menjadi kesepakatan bersama keluarga. Sadarkan semua anggota keluarga bahwa pemasukan dan pengeluaran harus dibatasi dengan seimbang berdasarkan prioritas, dan biasakan juga anak sadar tahu konsekuensi penambahan/ pengurangan pada pos anggaran, mengenal investasi dan konsumsi, dan belajar berbelas kasih dengan menyisihkan uang amal secara terencana.

Idealnya hal ini diajarkan sebelum anak diberi uang jajan sendiri, sehingga ia dapat menyusun anggaran untuk uang jajannya kelak. Untuk orangtua, selain mengajari tentu diharapkan memberikan teladan berdisiplin dalam pelaksanaan anggaran, sehingga semoga di masa depan kita bisa melihat lebih banyak generasi yang pandai dalam pengelolaan anggaran sekaligus anti korupsi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline