Lihat ke Halaman Asli

#Kunang-kunang di Tanah Hambalang#

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ilalang, kuceritakan tentang rapuh sang kunang-kunang.

Saat dia terbang dan dalam kedip remang-remang.

Hanya secuil bintik terang yang menghiasi malam.

Hanya kedip samar di hamparan tanah kelam.

" rumahku menjadi padang beton yang tak pernah selesai, hanya terdapat batang-batang kayu mati dan sisa besi melengkung menjulang ", ujarnya dalam terbang.

Dia tak lagi di pucuk daun.

Dia tak lagi di antara sejuk embun.

Tapi dia rapuh terdampar di tembok-tembok keserakahan manusia.

Keserakahan yang membuat hambalat menjadi alam yang tak lagi indah di mata.

Dan dalam terbangnya, percik tiap tangis terlukis dalam nyanyi sang rintik malam nanti.

Mereka (manusia serakah) ikut terpuruk dalam pejam dan gersang bui Sang Pemilik Maha Karya hidup ini.

Tawangsari, 26 Desember 2013.

Oleh eko putra ngudiraharjo.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline