Lihat ke Halaman Asli

Jomblo mau Nikah? Baca Ini Dulu!

Diperbarui: 4 November 2017   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

photo by Jeffry Simatupang, photographer

Status 'jomblo' alias belum punya pacar menjadi momok di jaman sekarang. Bukan hanya bagi generasi Y (usia 22-40 tahun), termasuk juga generasi Z, yang masih di bawah 22 tahun. Jangan heran: anak SD jaman sekarang sudah mengerti istilah pacar dan jomblo. Prihatin? Jelas.

Tekanan akan kejombloan sudah dimulai bahkan ketika anak-anak itu belum akil baliq. Setelah dewasa, ketika teman-teman sudah punya pacar, rekan kerja atau kerabat menikah, lalu keluarga dan handai taulan mulai bertanya 'kapan nikah', kamu mulai cemas. 

Banyak anak muda berpikir bahwa dengan menikah, masalah selesai. Yang penting ada suami/istri, orang tidak bertanya-tanya lagi tentang status. Padahal, pernikahan bukanlah hal yang sepele. 

Itulah yang diutarakan oleh seorang penulis anyar bernama Hanny Dewanti lewat akun facebook pribadinya, dengan judul "Nikah Itu Enggak Enak!" Dengan gaya bahasanya yang khas, Hanny mengingatkan apa saja yang sebenarnya terjadi di balik sebuah pernikahan. Beberapa istilah yang digunakannya antara lain: masalahmu bertemu dengan masalahnya. Keluargamu bertemu dengan keluarganya. Takdirmu bertemu dengan takdirnya. Dan ini semua adalah cikal bakal masalah baru dalam rumah tangga.

Hanny mengatakan, menikah itu bukan seperti main rumah-rumahan. Bosan main, pulang ke rumah orang tua masing-masing. Menikah bukan seperti orang pacaran, ketawa-ketawa setiap bertemu. Sama sekali bukan seperti itu.

Menikah itu mempertemukan dua karakter dalam satu rumah. Menikah itu mempertemukan dua visi pribadi menjadi satu visi bersama. Menyatukan visi itu tidak mudah. Bahkan, sumber pertengkaran pasangan menikah kebanyakan berangkat dari sini.

Suami pulang kerja ingin santai. Istri pulang kerja juga ingin santai. Atau kalaupun istri bukan wanita bekerja di luar, harapannya adalah ketika suami pulang maka dia bisa istirahat dari pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya. Jadi ketika anak ingin mengajak bermain, keduanya saling melempar kesempatan. Masing-masing merasa berhak untuk istirahat, lupa bahwa anak berhak untuk diajak bermain.

Menikah itu bukan perkara sepele: asal suami ganteng atau istri cantik, cukuplah. Asal dompetnya tebal dan tubuhnya aduhai, cukuplah. Kalau suatu saat harta hilang, rekening menipis, kegantengan dan kecantikan pudar, lalu datang seorang lain membawa angin segar, dompetnya tebal, wajahnya tampan/cantik, apakah niat dan iman kita cukup kuat untuk tetap setia pada pasangan?

Pernikahan adalah sesuatu yang harus dipikir matang-matang, bukan sekedar menghilangkan status jomblo. Inilah poin utama yang diulas Hanny dalam curhatannya. Status facebooknya sudah dibagikan sebanyak lebih dari 18.000 kali, belum terhitung di situs-situs online, apalagi yang men-copas statusnya di media-media sosial lain. 

Banyak juga yang salah paham saat membaca judul statusnya yang telah dibagikan di situs-situs online. Ada yang menganggap penulis ini justru mengajak orang untuk tidak menikah. Budaya membaca secara lengkap ternyata masih jauh dari harapan. 

Sebenarnya, hikmah menjadi jomblo adalah satu kesempatan untuk aktualisasi diri. Saat kamu sudah punya pekerjaan tapi belum punya pasangan, kenapa tidak pakai gajimu untuk meningkatkan keahlian, atau bahkan untuk jalan-jalan? Keliling Indonesia, keliling dunia, lebih murah kalau pergi sendiri. Saat kamu sudah menikah, harus berpikir dua kali untuk sekedar rekreasi ke kota sebelah! 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline