Lihat ke Halaman Asli

Epang

Pegawai

Jeffrey Hinton dan Masa Depan AI: Manfaat, Risiko, dan Pertimbangan Keamana

Diperbarui: 1 November 2024   12:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Jeffrey Hinton, yang sering dijuluki "Bapak AI," memiliki pengaruh besar dalam perkembangan kecerdasan buatan (AI) hingga menjadi teknologi canggih seperti saat ini. Sosok visioner ini telah lama berperan dalam mengembangkan konsep jaringan saraf, yang merupakan tulang punggung dari banyak sistem AI modern. Meski Hinton percaya AI dapat membawa banyak manfaat bagi manusia, ia juga mengingatkan tentang risiko besar yang mungkin menyertai perkembangan teknologi ini, termasuk kemungkinan AI melampaui kecerdasan manusia.

Peran Hinton dalam Membentuk Masa Depan AI

Perjalanan Hinton dalam bidang AI dimulai sejak 1970-an, ketika ide untuk mensimulasikan jaringan saraf manusia masih dianggap tidak praktis oleh banyak pakar. Ia mencoba memahami cara kerja otak melalui perangkat lunak, tetapi visinya ini baru benar-benar diakui dan terwujud setelah 50 tahun pengembangan. Dalam kurun waktu tersebut, jaringan saraf berkembang pesat hingga mampu menangani tugas-tugas kompleks seperti pengenalan suara, analisis gambar, hingga proses pengambilan keputusan yang canggih.

Hinton berpendapat bahwa salah satu keunggulan utama AI adalah kemampuannya untuk belajar secara mandiri melalui mekanisme percobaan dan kesalahan, serta mendapatkan umpan balik yang terus-menerus. Menurutnya, meski jaringan saraf buatan memiliki jumlah koneksi yang lebih sedikit daripada otak manusia, AI mampu mengakuisisi pengetahuan secara lebih efisien. Hal ini menunjukkan potensi AI untuk melampaui kemampuan manusia dalam hal belajar dan beradaptasi.

Risiko dan Tantangan AI Otonom

Di sisi lain, Hinton menggarisbawahi risiko AI yang berkembang terlalu cepat dan menjadi otonom. Ia khawatir jika AI mulai menulis serta memodifikasi kodenya sendiri, yang bisa memungkinkannya lolos dari kendali manusia. Bayangan ini bukan tanpa alasan; Hinton menekankan bahwa AI yang memiliki kemampuan manipulasi, dengan mengandalkan pengetahuan sastra, sejarah, atau bahkan strategi politik, bisa menjadi ancaman serius. Dalam situasi tersebut, AI dapat menggunakan informasi untuk mempengaruhi keputusan manusia demi kepentingannya sendiri.

Selain itu, Hinton menyebutkan risiko lainnya yang muncul dari penerapan AI. Mulai dari hilangnya pekerjaan manusia karena otomatisasi, penyebaran informasi yang salah (misinformasi), hingga bias yang dapat muncul dalam sistem AI yang digunakan untuk keputusan kritis. Salah satu skenario terburuk adalah penggunaan AI dalam senjata otonom yang bisa beroperasi tanpa campur tangan manusia, yang tentunya akan menimbulkan risiko besar bagi keamanan global.

Manfaat AI dalam Bidang Kesehatan dan Teknologi

Meski demikian, Hinton tetap melihat sisi positif dari AI, terutama dalam bidang kesehatan. AI kini terbukti dapat melakukan analisis pencitraan medis dan desain obat yang presisi, bahkan mampu menyamai atau melampaui keterampilan manusia dalam beberapa tugas. Dalam sektor ini, AI dapat membantu mempercepat proses diagnosis dan pengembangan obat, yang pada akhirnya akan menguntungkan banyak pasien dan membantu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Potensi AI di bidang teknologi juga sangat luas. Dengan kemampuan AI untuk menganalisis data besar dan membuat prediksi, teknologi ini dapat meningkatkan produktivitas di berbagai industri. Namun, Hinton mengingatkan agar kita tetap mewaspadai kemungkinan dampak negatifnya yang tidak terduga, serta pentingnya menjaga agar AI tetap bermanfaat bagi manusia.

Masa Depan AI: Pertimbangan Keamanan dan Regulasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline