Lihat ke Halaman Asli

Manggis, Buah yang Dulu Aku Hindari

Diperbarui: 3 Februari 2025   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku menatap buah itu dengan ragu,
Kulit tebal, daging putih yang tak menggoda,
Bunda mengupasnya, tawaran lembut penuh haru,
"Cobalah, pasti ketagihan," katanya dengan senyum yang membahagia.

Di pasar aku mengikuti langkah bunda,
Manggis bersama pepaya dan pir yang ceria,
Kulitnya tak berubah, namun kata bunda,
"Manggis ini manis, penuh khasiat yang tak terlupa."

Hari berlalu, akhirnya aku mencobanya,
Bunda dan ayah menyemangati penuh semangat,
Dan saat buah itu masuk ke mulutku,
Rasanya manis, aku melayang di awan yang hangat.

Kini manggis menjadi buah kesukaanku,
Dari penolakan hingga rasa yang membahagiakan,
Seperti kisah lama yang mengajarkan padaku,
Kadang kita harus mencoba untuk menemukan kebahagiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline