Oleh: Enzia Liyana Faiqa
"Sudah kubilang aku tidak suka dengan buah menjijikan itu!".
Ujarku dengan tatapan sinis kepada kedua temanku yang memaksaku untuk memakan manggis.
Aku selalu menghindari buah manggis karena menganggap kulitnya yang tebal dan berserat serta dagingnya putih tidak menggunggah selera. Bagiku buah manggis hanya buah aneh dan tidak pernah menarik minatku.
Suatu hari aku dan keluargaku merencanakan makan bersama di rumah nenek. Pada malam itu ada banyak sekali makanan dihidangkan. Suasananya hangat penuh keceriaan. Semua tampak menikmati hidangannya.
Ada rendang, ayam gulai, gulai toco, samba lado, dan sayur. Dan tidak lupa makanan penutup agar-agar dan buah-buahan.
Terdapat manggis dihidangkan dipiring. Aku sangat tidak berselera melihatnya. Saat bundaku mengupas buah itu aku geli melihat tekstur dari buah tersebut.
Bundaku sangat menikmatinya. Melihatku memandanginya ia mengangkat alisnya dan menawarkan buah manggis kepadaku. Aku menolaknya dengan wajah yang menyeringis.
Keesokan harinya aku mengikuti bundaku ke pasar untuk belanja mingguan. Bundaku membeli makanan pokok dan buah-buahan. Terdapat buah pepaya, pir, semangka, dan buah manggis.
Setelah selesai memasak kami pun makan bersama diruang makan. Dengan diakhiri makan buah-buahan. Aku bertanya kepada bunda.
"Bunda, kenapa bunda beli buah manggis?".