Lihat ke Halaman Asli

Maraknya Fenomena Fatherless pada Mental Anak di Indonesia

Diperbarui: 13 Agustus 2024   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Seperti yang kita ketahui saat ini Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia untuk anak yang mengalami kondisi fatherless atau yang bisa diartikan sebagai kondisi tanpa sosok seorang ayah. Apa sih fatherless itu? Fatherless adalah yang mana seorang anak mengalami kondisi kekurangan peran ayahnya atau tidak memiliki hubungan yang baik dengan ayah dan memiliki ayah secara fisik tapi tidak memiliki jiwa ayahnya. Fenomena fatherless ini menggambarkan kegagalan keluarga dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak ayah yang tidak memahami kondisi ini sehingga banyak anak yang mengalami fatherless tanpa disadari seorang ayah. Padahal untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikologis anak bukan hanya menjadi tanggung jawab seorang ibu melainkan peran kedua orang tua sangat diperlukan untuk membentuk mentalan karakter yang baik terhadap anak.

Kondisi fatherless terbentuk dari ayah yang patriarki yang beranggapan bahwa memberi nafkah saja sudah cukup untuk anak dan sudah merasa melakukan tanggung jawabnya dan untuk merawat anak juga mendidik anak adalah hanya tugas dari seorang ibudan bermain dengan anak adalah tanggung jawab ibu karena ayah sudah lelah bekerja dan tidak dapat diganggu dari dunianya sendiri. Pola pikir ayah yang seperti ini lah yang harus kita putuskan atau kita ubah agar anak tidak mengalami kurangnya kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah.Ada banyak sosok ayah yang bisa kita temukan yang hanya mementingkan diri sendiri dan yang hanya memikirkan bahwa tanggung jawab dalam mengurus anak hanya seorang ibu sedangkan ayah hanya memenuhi kebutuhan ekonomi di rumah.

 Kebutuhan anak bukan hanya mengenai pangan yang tercukupi, biaya sekolah yang dipenuhi. Namun, ada psikologis dan emosi anak yang harus diperhatikan agar memiliki psikologis dan emosi yang baik hingga dewasa. Adanya peran seorang ayah yang baik dapat membentuk mental anak dengan sangat baik dan tercukupi. Anak akan mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi, mengelola emosi dengan baik, mampu memecahkan masalah dengan baik, memiliki komunikasi yang baik, memiliki rasa ingin tahu sangat tinggi, memiliki prestasi atau akademik yang sangat baik, tidak akan mengalami yang namanya kurangnya perhatian dankasih sayang jika memiliki peran ayah dalam mendidik anak.

 Ayah yang hebat bukan hanya ayah yang mampu memenuhi kebutuhan pangan anaknya, tapi ayah yang hebat adalah ayah yang mampu mendukung anaknya, dikagumi oleh anak laki-lakinya, menjadi cinta pertama untuk anak perempuannya. Ayah juga harus menjadi panutan dalam hidup seorang anak sehingga anak tidak akan kekurangan kasih sayang atau perhatian dari orang lain yang akan menyebabkan pergaulan yang salah karena anak tidak akan gampang terpengaruh buruknya dunia luar ketika anak mendapatkan sosok cinta ayayang sudah mengisi hati seorang anak. Anak tidak akan mencari perhatian dari luar karena

seluruh perhatian sudah didapatkan dari rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline