Lihat ke Halaman Asli

Jangan Meremehkan Seorang Ibu Rumah Tangga

Diperbarui: 24 November 2016   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diantara paradigma berpikir masyarakat tempo dulu adalah seorang perempuan tidak perlu berpendidikan formal tinggi, karena pada akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurusi “dapur, sumur dan kasur”. Hingga saat ini pun paradigma tersebut masih ada di tengah masyarakat kita.

Paradigma berpikir yang senada adalah bahwa pendidikan tinggi yang dicapai oleh seorang perempuan harus diimbangi dengan capaian karir yang sepadan. Sebuah ilustrasi misalnya Dewi seorang perempuan yang telah mengenyam pendidikan hingga S2. Selesai kuliah dia menjadi orang kantoran disebuah kantor swasta. Ketika tiba waktunya menikah kemudian memiliki anak, Dewi memutuskan untuk resign dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Meskipun itu urusan pribadi Dewi dan suaminya, namun ada saja orang lain yang menyayangkan keputusan mereka. “ Sayang ya, sekolah tinggi-tinggi kok malah keluar dari pekerjaannya.” Demikian kira-kira kalimat yang muncul dari orang yang menyayangkan pilihan Dewi dan suaminya.

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Orientasi berkeluarga masing-masing pasangan bisa saja berbeda-beda. Latarbelakang pendidikan, budaya, ekonomi, dan faktor lainnya akan mempengaruhi orientasi berkeluarga. Namun dalam perjalanan membina rumahtangga, tentunya setiap orang dituntut untuk terus menerus meningkatkan pemahaman konsep keluarga yang baik. Bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga, bagaimana mendidik anak, bagaimana memenuhi kebutuhan keuangan dan lain sebagainya.

Ibnu al Qayyim rahimahullah ta’ala berkomentar dalam Tuhfatul maududi di ahkamil libnil Qayyim hlm.146-147, ”Betapa banyak orangtua yang membuat anak dan buah hatinya hidup sengsara dan merana di dunia dan di akhirat kelak, karena kelalaian dan keengganannya dalam mendidik anaknya serta membiarkannya mengikuti hawa nafsunya. Dikiranya apa yang mereka lakukan itu telah memuliakan anaknya, padahal sebenarnya mereka telah berbuat aniaya terhadap anaknya tersebut. Dikiranya mereka telah memberikan kasih sayang kepada anaknya, padahal sebenarnya mereka telah mendzaliminya. Dengan demikian, mereka tidak mampu memanfaatkan anaknya, begitu pula si anak kehilangan nasib dan keberuntungannya di dunia dan di akhirat kelak. Oleh karena itu, adanya kerusakan moral pada anak-anak maka penyebab utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak-anaknya.”

Seorang anak dilahirkan dari rahim seorang ibu. Ibu adalah sosok yang pertama kali dikenal anak, karena dari sejak mengandung, melahirkan dan merawatnya dengan bahasa keibuannya. Sehingga madrasah (sekolah) pertama bagi anak adalah rumah, dan guru pertama bagi anak adalah seorang ibu.

Keberhasilan dalam mendidik anak dalam keluarga dan membentuk generasi berkualitas tidak hanya ditentukan dari akademis seorang ibu tetapi bagaimana metode yang digunakan dalam mendidik anak. Sehingga dalam hal ini dibutuhkanlah sosok seorang ibu yang cerdas. Seorang ibu yang bisa optimal dalam membentuk dirinya, mengasah kecerdasan akalnya, menggali potensi diri sehingga seorang ibu benar-benar mampu mempersiapkan generasi berkualitas. Setidaknya inilah yang mungkin menjadi alasan kuat mengapa seorang Dewi memutuskan untuk resign dari kantornya. Seorang perempuan yang telah menempuh pendidikan tinggi, tidak akan rugi jika “hanya” menjadi ibu rumah tangga, karena anak-anaknya membutuhkan seorang ibu yang punya kapasitas untuk mendidiknya hingga dewasa.

Tetap Berperan di Masyarakat

Ada kalanya merasa menganggur dan sepi dari kegiatan akan dialami oleh seorang ibu yang sebelumnya aktif bekerja. Sementara setelah resign dari pekerjaannya kegiatan sehari-hari hanya seputar pekerjaan rumahtangga. Sehingga dalam hal ini ada sebuah potensi besar akan tidak tersalurkan dengan baik dari seorang ibu rumah tangga yang punya pendidikan tinggi. Sebenarnya kondisi seperti ini ada solusi yang baik, win win solution. Peluang untuk menebarkan kebaikan di tengah masyarakat bagi seorang ibu yang mempunyai kapasitas dengan latar belakang pendidikan yang tinggi sangatlah luas. Sharing knowledge kepada ibu-ibu yang lain yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang kita miliki adalah sebuah peluang amal kebaikan. Jadi semestinya tidak ada alasan bagi seorang perempuan dengan pendidikan yang tinggi merasa tidak optimal dimasyarakat setelah menjadi ibu rumah tangga. Menjadi pelopor kebaikan dari seorang ibu rumah tangga yang punya kapasitas keilmuan dan keterampilan sangatlah dinantikan oleh masyarakat kita.

Aktifitas seorang ibu rumah tangga masih sangat memungkinkan untuk disinergikan dengan beraktifitas di masyarakat. Seperti halnya dalam mendidik anak tidak dapat dilakukan sendirian, butuh lingkungan yang kondusif, dan butuh tangan-tangan orang lain. Dalam membangun lingkungan yang kondusif, tidak perlu menunggu campur tangan dari pemerintah. Program-program yang digulirkan pemerintah dalam rangka pemberdayaan perempuan, ibu dan anak biasanya memiliki keterbatasan jangkauan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat diperlukan peran dari individu-individu yang peduli akan kualitas pendidikan anak sebagai generasi penerus. Komunitas ibu-ibu yang peduli dengan pendidikan anak, perlu terus ditumbuhkembangkan.

Ada sebuah contoh kecil yang pernah saya lakukan di sebuah daerah. Saya bersama ibu-ibu yang saya bina membentuk semacam sekolah ibu, sebuah komunitas ibu-ibu setempat yang bergerak dibidang sosial dan pendidikan dengan misi membentuk ibu yang berkualitas,berkepribadian mulia, cerdas dan terampil. Program-program yang digulirkan secara internal yaitu program pembinaan pekanan untuk meningkatkan kualitas ibu-ibu yang menjadi pengurus dan penggerak di komunitas ini sehingga bisa menjadi contoh bagi ibu-ibu yang lain dalam menebarkan kebaikan. Sementara program yang bersifat eksternal adalah program yang ditujukan kepada ibu-ibu masyarakat sekitar yang belum bergabung dalam komunitas ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline