Author : Eva Nur Rachmawati (ENURA)
"Lepaskan mama dan papaku!" Suara anak laki-laki meminta penuh permohonan. Dia berusaha untuk menahan diri demi kedua orang tua.
"Mereka akan menjadi sandera yang bagus untuk saat ini." Suara tawa pun menggelegar memenuhi ruangan.
"Untuk apa? Kamu sudah mengambilku! Cepat lepaskan mereka!" Kali ini dia tak bisa menahannya, dengan menunjukkan gigi dan mata yang menatap tajam, amarahnya mulai menguar.
"Baiklah, aku akan melepaskan mereka. Tapi, kamu harus tanda tangan kontrak ini." Pria itu melakukan penawaran.
"Kontrak? Kontrak apa maksudmu?" tanya si anak laki-laki heran.
"Kontrak hidupmu dan orang tuamu. Jika sekali saja kamu melanggar, membunuh mereka bukanlah menjadi hal yang sulit untukku." Dengan arogan kalimat terucap bukan untuk mengancam, tetapi, menunjukkan kekuasaan.
"Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Apa salahku?" Anak laki-laki yang tidak mengerti maksud dari ancaman itu bertanya lagi.
"Ya, kamu tidak bersalah. Hanya saja, kamu begitu istimewa dengan otak itu. Jika aku bisa mengambil otak itu dan menggunakannya, itu akan sangat bagus untukku," ucap lelaki berjas itu dengan tertawa.
"Dasar biadab! Kembalikan aku kepada orang tuaku. Jika tidak, mereka akan merasa sangat kehilangan." Permohonan masih terdengar dari nada memelas anak laki-laki itu.
"Kehilangan?" Suara tawa keras Kembali terdengar. "Itulah tujuanku, membuat mereka yang memiliki merasakan kehilangan. Ya, agar mereka tahu, betapa berartinya suatu kehadiran. Cepat tanda tangani kontrak, kemudain aku akan melepaskan orang tuamu." Pria itu benar-benar tak akan melepaskan tanpa mendapatkan yang ia mau.