Pendidikan Pancasila, sebagai upaya menanamkan nilai-nilai luhur kebangsaan, memerlukan pendekatan yang relevan dengan konteks masyarakat modern. Salah satu pendekatan strategis adalah menggali nilai-nilai lokal yang sejalan dengan prinsip Pancasila. Nilai-nilai lokal, seperti gotong royong, keadilan, dan musyawarah, dapat menjadi jembatan untuk memperkuat pemahaman dan internalisasi Pancasila, terutama di era globalisasi yang penuh tantangan.
Di berbagai daerah di Indonesia, nilai-nilai lokal memiliki akar budaya yang kuat. Nggahi rawi pahu di Dompu, Nusa Tenggara Barat, misalnya, mencerminkan integritas dan tanggung jawab moral yang sejalan dengan sila keempat Pancasila. Implementasi tradisi ini dalam pendidikan Pancasila memberikan konteks nyata bagi siswa untuk memahami nilai-nilai kebangsaan.
Globalisasi, yang membawa nilai-nilai baru dari luar, sering kali menjadi tantangan bagi keberlanjutan budaya lokal. Namun, pendidikan berbasis Pancasila dapat menjadi benteng untuk menjaga identitas budaya sambil tetap adaptif terhadap modernitas. Teknologi digital, jika digunakan secara bijak, dapat memperkenalkan nilai-nilai lokal kepada generasi muda dan mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kurikulum Merdeka membuka peluang besar untuk mengembangkan pendidikan Pancasila berbasis lokal. Melalui pendekatan pembelajaran berbasis proyek, siswa dapat dilibatkan dalam kegiatan pelestarian budaya daerah. Misalnya, di Dompu, pelestarian tradisi rimpu sebagai wujud gotong royong dapat menjadi tema pembelajaran yang mengintegrasikan nilai Pancasila.
Kendati demikian, keterbatasan infrastruktur pendidikan di beberapa daerah masih menjadi kendala. Koneksi internet yang tidak merata membuat integrasi teknologi dalam pendidikan Pancasila menjadi tantangan. Namun, inisiatif lokal, seperti pelatihan guru berbasis digital, menunjukkan bahwa solusi kreatif dapat ditemukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Pendidikan Pancasila berbasis nilai lokal juga mendorong keberlanjutan budaya. Tradisi musyawarah dalam adat, misalnya, dapat dikembangkan menjadi forum diskusi generasi muda yang inklusif. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat nilai kebangsaan, tetapi juga menumbuhkan keterampilan sosial yang relevan dengan tantangan zaman.
Selain itu, penguatan pendidikan karakter menjadi landasan penting dalam pengembangan pendidikan Pancasila. Nilai-nilai seperti toleransi, keadilan, dan gotong royong harus diajarkan tidak hanya dalam teori, tetapi juga melalui praktik langsung. Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat diperlukan untuk mendukung implementasi ini.
Di tengah tantangan globalisasi, menggali nilai lokal menjadi langkah strategis untuk memastikan Pancasila tetap relevan. Integrasi nilai lokal dalam pendidikan Pancasila tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga memberikan solusi praktis terhadap isu-isu kontemporer yang dihadapi generasi muda. Relevansi pendidikan Pancasila berbasis lokal di Indonesia modern menegaskan bahwa nilai-nilai luhur bangsa tidak hanya menjadi warisan, tetapi juga pedoman untuk masa depan. Dengan pendekatan yang inovatif, pendidikan Pancasila dapat menjadi alat transformasi yang membangun generasi yang berkarakter kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H