Memar
aku tak pernah mematok harga sebuah rasa
dan aku tak pernah meminta kau menjadi objek dari apa yang kurasa
bahagia yang kudamba, tapi malah luka yang menyapa
hanya memar yang tersisa dengan segala jejak perihnya
aku kecewa pada keacuhanmu,
tapi aku lebih kecewa pada diriku yang tak henti berharap padamu
diammu, menimbulkan sejuta tanya bagiku
ingin rasanya aku membidik hatimu, lalu melesatkan anak panah tepat direlungnya
agar aku dapat melihat, adakah aku di dalam sana
dan jika diujung jalan kutemui kenyataan akan ketidakberadaan diriku di hatimu, aku terima
karena kuakui aku mencintaimu, tapi aku lebih mencintai kenyataan bahwa kau tidak mencintaiku
telah kusapa sesal
tak ada kesempatan waktu mengulang
beranggap fiktif belaka
dalam kelaraanku yang butuh sosok pelindung
benarkah kau benalu hidupku sekarang?
29 Oktober 2011
No. 206
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H