Lihat ke Halaman Asli

Curahan Hati Sang Dwi Warna

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Andaikan aku dapat berteriak
dari Sabang sampai Merauke
Andaikan aku dpt menangis
keringlah sdh air mataku
Namun aku tak berdaya,karena aku
hanyalah selembar kain Dwi Warna.....Merah Putih

Perjuangan untukku sampai titik darah penghabisan
Jiwa raga harta dan nyawa para Syuhada
jauh sebelum Proklamasi dikumandangkan 17 Agustus 1945.

Aku hanya memohon,pada putra putri Ibu Pertiwi
Janganlah kau sandarkan aku didinding rumahmu<
dan jangan pula kau ikatkan kakiku pada pagar rumahmu
berilah aku sejengkal tanah persegi untuk tempat kakaiku
berpijak.....yg cuma satu ini
agar aku bisa berdiri dengan tegak dihalaman rumahmu
dan dihalaman gedung gedung yg menjulang tinggi.

Jangan biarkan warna merahku yg telah pudar
jangan biarkan warna putihku yg telah kumal
dan...jangan pula kau kibarkan aku dlm keadaan koyak tak menentu
tergantung lunglai pada besi berkarat atau batang bambu ala kadarnya
Aku malu......aku malu untuk berkibar.....aku maluuuuu untuk berkibar
pediiiiiih!!!!!! pedihlah rasa hatiku
apalah dayaku ,bukankah kau tahu bahwa aku tdk bernyawa

Bila warna merahku tetap membara,dan bila warna putihku tetap cemerlang
serta kakiku bisa berdiri dengan tegak
Aku bangga berkibar di angkasa
aku bangga menjadi citra bangsa
berkibar diatas Persada Nusantara dan
dimana saja aku berada
sebagai simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bila senja telah berahir
bawalah aku ketempat yg layak
karena aku tak tahan dinginnya angin malam.
Bandung,Juli 2000.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline