Jika kita cermati secara seksama tentang tugas, fungsi dan kewajiban utama partai politik di negara kita adalah menyelenggarakan pendidikan politik bagi rakyat. Partai politik diberi "mandat" untuk membebaskan rakyat dari suasana "buta politik". Partai politik diberi amanah untuk meningkatkan kecerdasan politik rakyat. Dan melalui partai politik itulah kita berharap akan lahir para pemimpin bangsa yang betul-betul dapat memelihara dan menjaga amanah yang telah diberikan oleh rakyat.
Akan tetapi, penting pula kita pahami. Sekali pun partai politik telah diamanati untuk menyelenggarakan pendidikan politik bagi rakyat, namun dalam kenyataan nya masih sukar untuk diwujudkan. Jangankan untuk melakukan pendidikan politik bagi rakyat, bagi para anggota dan kader-kader partai politik nya pun masih sangat terbatas. Tentu tidak hanya partai politik yang baru dan kecil, namun partai politik yang sudah puluhan tahun berkiprah di panggung politik nasional pun kerap kali bakal dihadapkan pada persoalan yang sama.
Di negara kita, partai politik terkesan asyik sendiri dan masa bodoh dengan apa-apa yang terjadi di sekitar nya. Partai politik terlihat sibuk mengurusi masalah internal dan kurang hirau terhadap masalah-masalah yang berkembang di eksternal. Lebih mengenaskan lagi, ternyata semangat untuk membangun partai politik hanyalah sekedar untuk ikut Pemilihan Umum Legislatif, dan siapa tahu ada nasib mujur sebagaimana yang dialami oleh Partai Demokrat pada tahun 2004 lalu. Kehadiran Partai Demokrat di negeri ini benar-benar sangat fenomenal dan mampu mengambil simpati rakyat dalam Pemilu 2009.
Suka atau pun tidak, harus kita akui bahwa kisah sukses Partai Demokrat dalam merebut simpati rakyat, pada dasar nya sangat ditentukan oleh keberadaan Sby sebagai sosok yang diharapkan bakal mampu membawa perubahan. Akibat nya tidak mengherankan jika Sby mampu terpilih jadi Presiden NKRI selama dua periode. Lalu, bagaimana dengan Pemilu 2014 ? Apakah kiprah Sby selama ini bakal meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap partai politik yang mengusung nya ? Ini penting diutarakan, karena dalam Pemilu 2014, Sby sudah tidak mungkin lagi bakal ikut berlaga dalam Pilpres, karena aturan main tidak memperbolehkan untuk mencalonkan diri bagi jabatan periode yang ke tiga secara berturut-turut.
Di negeri ini, seorang Presiden hanya diberi kesempatan untuk menduduki dua kali masa jabatan saja. Persoalan nya adalah apakah Partai Demokrat sudah menyiapkan kader terbaik nya guna tampil dalam Pilpres 2014 mendatang ? Inilah barangkali yang menjadi salah satu argumen mengapa banyak partai politik yang kurang serius dalam menangani pendidikan politik bagi rakyat, karena untuk membereskan urusan internal partai nya masing-masing saja mereka masih belum mampu menyelesaikan nya hingga tuntas.
Pendidikan politik bagi rakyat, memang salah satu tugas dan kewajiban partai politik. Sayang, partai politik di negeri ini masih lebih senang mengolah para calon anggota DPR/D atau lebih suka mengelus-elus kader unggulan nya jadi Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota, ketimbang menyelenggarakan pendidikan politik bagi rakyat. Semua ini dapat dimengerti, karena program pendidikan politik bukanlah tanpa biaya. Mereka lebih tertarik untuk menjadikan partai politik nya sebagai kendaraan politik bagi mereka yang memiliki hasrat untuk meraih jabatan publik. Itu sebabnya, mengapa banyak tokoh yang berlomba-lomba untuk menjadi Ketua Partai. Bila posisi itu telah dicapai, maka tiket awal untuk menuju jalan berikut nya sudah tercapai.
Hanya bagaimana pun sibuk nya partai politik mengelola dapur partai nya sendiri, rasa nya kita tetap sepakat dengan apa yang dikemukakan Prabowo Subianto bahwa pendidikan politik sangatlah penting dalam mengarungi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H