Kalau merasa seorang biker dan juga salah satu penulis kompasiana, lanjut baca artikel ini adalah hak Bro n' Sist sekalian. Tapi kalau nantinya ada perasaan ngiri karena belum berkesempatan ikut, saya lepas tanggung jawab loh ya... Salah sendiri, baper sih, hahahaa.
Berbeda dengan hari pertama, pagi kedua ini diawali dengan anomali. Entah kenapa saya bisa bangun pukul 05:45 diluar hari kerja. Tapi tetap saja, saya memilih stay diatas kasur, karena dedemit yang seakan ngintip di balik jendela kamar pun belum mau beranjak pergi. Takut sih nggak, cuma saling menghargai saja. Kalau tiap liburan seperti ini mungkin saya bisa kaya raya, karena sejak kecil sudah didoktrin istilah "rejeki dipatok ayam"... Tapi tanpa dedemitnya loh ya.
Pukul 06:00 sambutan kabut tebal dan semilir angin menyapa saya yang keluar kamar. Usai membangunkan Om Zul dan bertemu Kang Didno, kami bertiga kemudian sarapan pagi ditemani view indah dari balkon Skypool Giri Tirta Kahuripan. Andai ini balkon rumah sendiri, deretan jomblowati mungkin bakal antre… Antre minta selfie gratisan maksudnya.
Nggak cuma bermalam di lokasi spesial, dijamu bak tamu kehormatan dan 'menguasai' objek wisata yang diidamkan para hipsters ibukota... Wahana didalamnya pun sukses 'diobrak-abrik' kompasianers! Disopiri oleh sang juara lawak se-rumahnya, punchline simpel tapi mengena seperti sumur (susu dijemur), puskesmas (pusat kesehatan mas-mas), atau sangkar burung hantu (kandang kosong) sukses me-refresh sisa-sisa lelah riding kemarin.
Sebelum melanjutkan perjalanan, nggak afdol rasanya kalau belum bikin ngiri kompasianers lain (baca: foto-foto). Dari titik ini menuju Waduk Jatiluhur, rombongan bakal dipimpin oleh Om Agus - bikers sekaligus mekanik Komunitas TVS yang bertampang sangar, tapi kadar 'brotherhood' bikin saya harus banyak bercermin.
Dalam trip hari kedua ini, akhirnya bisa kembali pakai TVS Apache RTR 200 4V. Tapi, unit kali ini berwarna putih dan masih gress... Feelnya bak bumi-langit! Akselerasinya lebih ngisi, perpindahan transmisi lebih smooth, getaran lebih minim, wuih pokoknya nih unit asik banget deh buat bahan review sampai ke Jakarta. Andai dikasih satu buat dibawa pulang, perfect!
Perjalanan dibuka dengan trek menuruni bukit dengan banyak spot cornering menarik. Cocok untuk mengetes kemampuan karet bundar Pirelli Sport Demon yang (konon) valuable banget di kelas Ban 'budget-touring'. Tekuk kiri – tekuk kanan, asik euy! Sampai perasaan fun dari Jalur Wanayasa tiba-tiba sirna oleh pemotor 'sein kiri - belok kanan' yang banyak saya temui di Kota Purwakarta... Bisa jalan stabil 40 km/jam pun butuh kerja keras, sekeras keteguhan hati saya yang menganggap Apache RTR 200 4V memang layak bersaing dikelasnya.
Memasuki area Waduk Jatiluhur, sebenarnya ada lagi spot cornering yang bisa dilahap TVS Apache RTR 200 4V. Tapi sayangnya, rombongan di depan saya terlalu padat dan menikung dengan speed yang tergolong rendah... So, yowess lah nikmati aja. Lagipula acara ini kan bertajuk ‘Joy Ride’. Trip sejauh 30-40 km tersebut ditempuh bak lagu Zaskia Gotik: 1 jam saja.
Di Waduk Jatiluhur, Kompasianers makan siang sambil istirahat di Jatiluhur Resto. Asiknya, di sela-sela waktu ngaso ternyata ada kuis juga lho! Pertanyaannya diberikan oleh Om Rio sebagai wakil dari TVS Indonesia, dan alhamdulillah, saya berhasil jawab salah satunya. Hadiahnya Rp. 300.000! Lumayan buat tambahan ongkos pulang… Meskipun sebenarnya sih, saya bisa dapat 900 ribu - 1,2 juta kalau boleh jawab lebih dari 1 kali. Tanpa nyontek dan buka internet pula! Bukan bangga loh ya, tapi sombong, Ngoahahaaa...
Setelah makan siang, Kompasianers diperbolehkan istirahat di saung-saung dengan view Jatiluhur yang ruuaarr biasa. Sayangnya, karena di moment yang bersamaan sedang ada prosesi foto prewedding, bukannya tidur sejenak, saya justru baper, sambil mikir "Aku kapan?".
Sekitar pukul 16:00, Kompasianers kembali bersiap untuk perjalanan terpanjang dari keseluruhan acara ini: Dari Jatiluhur menuju Jakarta. Awal perjalanan tergolong lancar, sampai kami tiba di Jl. Lingkar Luar Karawang (Jalan Baru) yang memang terkenal sering dipakai untuk test topspeed para penggila kecepatan. Saya jadi yang pertama 'ngalay' di trek ini, sesekali ngintip speedometer, ternyata mampu tembus 112 km/jam sampai di checkpoint pertama, flyover Johar-Lamaran. Hmmm, kalau di acara TV sih pasti penontonnya pada teriak tuh: Lagi, Lagi, Lagi!