Lihat ke Halaman Asli

Enny Ratnawati A.

TERVERIFIKASI

Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Di Daerah Minat Menikah Tinggi, di Kota Besar Sebaliknya

Diperbarui: 11 November 2024   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi menikah (Dok Pexels/Trung Nguyen via Kompas.com)

Data BPS memang menunjukkan penurunan angka perkawinan turun. Tapi sepengamatan saya, ini banyak terjadi di kota besar.

Sedangkan di daerah --misalnya daerah tempat tinggal saya di Kalimantan Selatan-- minat terhadap menikah di usia dibawah 30 tahun saya lihat tidak mengalami penurunan sama sekali. Seorang kawan, laki-laki usia 26 tahun beberapa hari lalu bahkan bercerita, awalnya dia bercita-cita menikah di usia 23 tahun.

Sayangnya targetnya tidak tercapai karena kuliah S1-nya yang sedikit terlambat lulus. Dia baru lulus kuliah di usia 25 dan ternyata di usia 25 tersebut dia belum juga menemukan calon yang pas. Jadi bukan tidak berminat menikah tapi memang belum bertemu yang pas. 

Saat ini teman tersebut sedang berikhtiar terus buat mencari calon istri karena menurutnya usianya sudah sangat cocok buat menikah. Pekerjaan, walaupun belum mapan, juga sudah dia miliki dan menurutnya cukup saja buat menghidupi istri dan anaknya kelak.

Sebenarnya saya sempat menertawakan kawan saya ini ketika dia bercerita gagal mencapai target menikah di usia 23 tahun. Bukan apa-apa. Buat saya, terlalu muda seorang laki-laki menikah di usia 23 tahun tersebut. Mungkin karena saya lama tinggal di kota besar, di mana kawan-kawan menikah dengan usia yang sudah agak mapan, rata-rata di atas 25 lah bahkan lebih buat laki-lakinya. 

Walaupun UU No 1 tahun 19974 tentang perkawinan, memang jelas-jelas menyebutkan usia minimal buat menikah, bagi laki-laki ataupun perempuan adalah 19 tahun. Sebelumnya usia perempuan menikah bahkan 16 tahun tapi saat ini sudah direvisi di usia 19 tahun juga atau sama dengan laki-laki.

Minat anak muda daerah buat menikah memang masih bisa dibilang tinggi. Yang laki-laki saja demikian apalagi perempuan. Seorang teman lain, perempuan, saat ini sudah "gelisah" karena sudah 25 tahun tapi belum menemukan pendamping yang pas. 

Alasan beberapa teman perempuan belum menikah bukan karena karena karier atau masih menempuh pendidikan S2 tapi ya memang mereka belum ketemu jodohnya saja. Bila sudah bertemu, rata-rata menyatakan akan segera menikah juga.

**

Kondisi ini tampaknya memang berbeda dengan yang terjadi di kota besar di Indonesia. Data BPS yang menunjukkan angka pernikahan 2023 menurun 128.093 atau 7,51% dibandingkan tahun 2022. Angka pernikahan pada tahun 2023 sebanyak 1.577.255 sedangkan 2022 sebanyak 1.705.348 yang membuat angka ini menjadi angka terendah selama satu dekade terakhir. Bahkan pada 2013 angka pernikahan mencapai 2,21 juta. Meski pasang surut namun tren mulai menurunnya pernikahan terlihat sejak 2019 (Instagram Kemenagjakpus).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline