Lihat ke Halaman Asli

Enny Ratnawati A.

TERVERIFIKASI

Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Joki Tugas Hingga Skripsi, Apa yang Salah dengan Pendidikan Kita?

Diperbarui: 31 Juli 2024   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi joki tugas sekolah -- foto : kompas.com

Apa yang salah dengan pendidikan kita sehingga tugas sekolah, tugas kuliah hingga skripsi tak lagi mampu dikerjakan sendiri?

Apakah kasus-kasus seperti ini sudah lama? kurang tahu persis juga. Membaca salah satu berita, katanya joki skripsi sudah ada sejak tahun 1980-an di Indonesia. Wah lama juga ya sudah? Tapi dulu modelnya tidak terang-terangan seperti saat ini. Dulu mungkin terbatas dan hanya orang-orang tertentu yang tahu "jalurnya".

Yang jelas, anak sekolah jaman dulu rasanya nggak kepikiran soal joki-jokian.Apalagi joki tugas sekolah. Ada tugas, ya dikerjakan dengan segala upaya. Apalagi zaman dulu tak ada yang namanya internet apalagi chat GPT. Salah satu cara mengerjakan ya dengan mencari jawabannya di buku. Baik buku pelajaran atau buku umum. Atau lebih canggih sedikit dengan ikut bimbel atau les, kemudian dibantu guru buat menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Bagaimana dengan skripsi? Saya yang mengerjakan skripsi sekitar 20 tahunan lalu, saat itu ya mengerjakan dengan "normal" saja.Mulai pencarian data, analisa data hingga penulisan. Seorang kawan yang mumet dengan skripsinya hanya berani sampai memalsukan data saja.Tapi tidak pakai joki juga.Semua dikerjakan sendiri termasuk urusan memalsukan data penelitian tersebut.  

**

Beberapa bulan lalu, seorang kawan baik bercerita tentang temannya yang meminta bantuannya untuk mengerjakan skripsi. Nilai uang yang ditawarkan cukup lumayan. Kawan saya ini tentu saja bukan joki skripsi, bahkan belum pernah sekalipun mengerjakan skripsi orang lain.

Tetapi memang ada skill dan pengalaman menulis karya ilmiah sehingga temannya barangkali ingin mempercayakan pengerjaan skripsinya tersebut.

Saat itu, masih kurang 60 halaman lagi dari yang disyaratkan sejumlah 80 halaman yang terdiri dari beberapa bab lagi.

Menurut kawan saya ini, temannya tersebut memang mengambil dua jurusan untuk S1-nya. Untuk jurusan pertama, di FH sudah lulus dan skripsinya dikerjakan sendiri saat pandemi. Bahkan dia juga sudah mengambil S2 untuk jurusan hukum ini. Sedangkan jurusan yang kedua adalah Hubungan Internasional (HI) di sebuah kampus negeri di Jawa Timur.

Jurusan yang kedua ini yang agak keteteran dan tanpa disadari akhirnya sudah sampai di akhir masa studi. Kalau tidak diselesaikan akhirnya ya di DO oleh kampus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline