Limbah domestik sangat berpengaruh kepada kualitas tanah ataupun sungai.
Akhir-akhir ini, ada perasaan bersalah. Selama ini mengapa begitu tidak care-nya dengan sampah domestik.
Khususnya penggunaan detergen dan sabun mandi. Misalnya, tidak pernah mengecek secara detail apa kandungan dalam detergen dan sabun mandi yang dipakai sehari-hari di rumah.
Apalagi sebagai warga kota seribu sungai, Banjarmasin Kalsel, rumah--rumah memang rata-rata berada pada tanah yang terendam air (daerah rawa). Atau bisa dikatakan di bawah rumahpun isinya air dengan berbagai spesies khas air di dalamnya.
Dan suatu hari, saya pernah menemukan ada ikan haruan (gabus) yang mati di bawah ruang cuci rumah. Apakah akibat pencemaran detergen? Memang masih misteri. Tapi ada kecurigaan akibat sisa detergen mencuci yang memang langsung di buang di kolong rumah!
Secara umum, tanah keras memang sangat sulit dijumpai di Banjarmasin. Tidak heran konsep pembangunan rumah pun juga berarti harus menaklukkan rawa-rawa.
Tulisan ini lebih fokus ke air-air yang ada di bawah kolong-kolong rumah penduduk kota ini.
Nah, rasanya sudah sangat umum, air sisa cucian (air detergen) atau air sabun bekas mandi langsung dibuang ke bawah rumah tanpa penyaringan terlebih dahulu. Dan itu sudah dilakukan turun temurun, entah sudah berapa lama. Padahal ini sebenarnya adalah limbah domestik.
Biasanya memang lantai-lantai rumah terbuat dari kayu biasa atau kayu ulin, sehingga tinggal di tuang ke lantai saja air langsung mengalir ke kolong rumah.Tanpa perlu pipa-pipa atau saluran lain lagi untuk pembuangan air sabun tersebut.