Lihat ke Halaman Asli

Enny Ratnawati A.

TERVERIFIKASI

Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Tutupnya Toko Buku, Inovasi dan Strategi Baru Wajib Hukumnya

Diperbarui: 31 Mei 2023   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh Eli Digital Creative dari Pixabay

Ketika menulis artikel tentang toko bukudi Kompasiana awal Maret lalu, memang toko buku Gunung Agung yang cukup fenomenal belum tutup. Namun tanda-tanda matinya berbagai toko buku itu sudah lama terlihat di mana-mana.

Toko buku Gunung Agung akhirnya memang harus tutup. Di beritakan berbagai media, setelah 70 tahun beroperasi di Indonesia, Gunung Agung memang akhirnya harus tutup karena memang beban biaya operasional tidak bisa lagi ditanggung sejak Covid-19 khususnya. Kabarnya Gunung Agung sudah melakukan berbagai efisiensi dengan menutup beberapa toko bukunya di beberapa kota tapi tak berpengaruh banyak.

Kerugian terus menerus dan beban operasional akhirnya memang mengharuskan toko ini tutup. Sebenarnya Gunung Agung tak sendiri. Banyak toko buku kecil yang mungkin sudah lama tak lagi beroperasi juga.

Dikutip dari KOMPAS.com, sebelum Toko Buku Gunung Agung tutup, banyak toko buku yang juga tutup. Misalnya, Kinokuniya, jaringan toko buku asal Jepang, menutup gerainya di Plaza Senayan mulai 1 April 2021. Mereka juga pernah tutup di Pondok Indah Mall 2 sejak 2018. Kini, hanya tersisa toko fisik di Grand Indonesia serta penjualan via daring. 

Kemudian ada toko buku Togamas menutup gerainya di Solo per 26 Juni 2022. Penutupan ini berlaku baik toko fisik maupun daringnya.

Sementara toko buku impor Book and Beyond mengumumkan menutup secara permanen gerai mereka hingga Mei 2023. Penjualan yang masih dibuka hanya melalui situs resmi dan layanan e-commerce

Mungkin masih banyak lagi, apalagi toko buku-buku kecil. Penyebab persisnya kita tak tahu persis.Tapi perubahan gaya hidup dan gaya baca masyarakat memang mengalami perubahan drastis. Misalnya, dari membaca buku fisik jadi membaca e-book.Atau membeli buku tadinya melalui toko buka lalu berpindah ke e-commerce dan masih banyak lagi perubahan, apalagi ketika pandemi lalu.

Butuh Inovasi dan Strategi

Inovasi dan strategi baru tentu saja menjadi wajib hukumnya. Walau harus diakui, itu tak semudah membalik telapak tangan. Di kota tempat saya tinggal saat ini, saya lihat ada beberapa toko buku yang tetap eksis.

Pertama, toko buku yang menjual buku pelajaran. Tampaknya toko buku ini masih lumayan ramai apalagi ketika tahun jaaran baru. Maklumlah, anak-anak sekolah pasti masih membutuhkan berbagai buku pelajaran.

Kedua, toko buku yang punya niche khusus. Misalnya, toko buku agama dan toko buku yang menjual kitab. Ini masih eksis juga. Khususnya dibutuhkan oleh mereka yang belajar agama/mondok di pondok pesantren.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline