Lihat ke Halaman Asli

Enny Ratnawati A.

TERVERIFIKASI

Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Aturan Kantor Menyebalkan? Ini Opsi yang Bisa Dipilih

Diperbarui: 3 Februari 2023   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi karyawan yang bekerja (sumber foto :BBC)

Respon kita akan sangat menentukan apakah kita masih ingin bekerja di kantordengan aturan unik dan ajaib tersebut atau malah memutuskan resign saja.

Di setiap kantor memang ada saja keunikannya.  Tentu menuliskan ini,bukan berarti menjelek-jelekkan kantor tempat kita bekerja dulu.

Kantor pertama saya, bisa dibilang kantor yang ideal untuk tempat bekerja. Semua sistem pekerjaan juga terstruktur dengan baik. Aturan kerja juga demikian.

Di awal kerja juga sudah jelas, 3 bulan awal bekerja kita masih dalam masa percobaan.Kemudian  selanjutnya diputuskan apakah bisa jadi pegawai tetap atau tidak. Selanjutnya soal karir juga demikian, ada struktur karir yang lumayan jelas plus kejelasan sejumlah fasilitas yang akan diperoleh karyawan di setiap jenjang karirnya.

Namun kantor pertama ini sangat kekeluargaan. Walhasil, apa-apa diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Misalnya kasus seorang karyawan yang tertangkap basah korupsi, eh kok malah diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Walau akhirnya ketika kasus berulang lagi hingga 3x, akhirnya memang karyawan ini  dipecat. Saya resign dari kantor pertama ini setelah berkarir selama 7 tahun. Tentu nggak ada hubungannya dengan pola kekeluargaan tadi.

Kantor selanjutnya ternyata jauh lebih unik. Disini, bisa dikatakan perusahaan keluarga. Sehingga adik bos dan saudara-saudara bos besar jadi karyawan walau kerjanya ya biasa-biasa saja. Tapi itu tak jadi masalah. Karyawan lain tetap bekerja dengan biasa-biasa saja. Namun bukan ini sebenarnya keunikan kantor tersebut namun karena beberapa aturannya.

Salah satunya soal jam kerja yang bisa dikatakan tak ada batasnya. Kalau kantor lain jam kerja 8-9 jam dalam sehari, nah, disini tak ada kejelasan berapa jam kerjanya. Walau resminya jam 9-5 sore namun bos sedikit kesal bila  ada karyawan yang pulangnya tenggo (teng langsung go). Walhasil, pulang rata-rata selalu habis magrib atau lebih.

Yang lebih parah lagi, telat sedikit saja dari jam 9 sudah kena potongan Rp 100.000. Tentu ini soal kedisiplinan. Tetapi uniknya, pulang diatas jam 5 juga tak dapat lemburan. Luar biasa, kan? Beberapa karyawan akhirnya di rumahkan ketika pandemi lalu. Dan dirumahkan selamanya tersebut tanpa pesangon. Alhamdulillah, hampir semuanya kini sudah menemukan jalan terbaiknya lagi.

Di kantor ini juga tak ada sistem reward punishment yang jelas. Bahkan kadang-kadang bonus marketing saja tidak jelas. Wuih, tak heran, banyak marketing yang resign tanpa permisi lagi.

Namun,  kantor yang satu ini tetap sih meninggalkan banyak kenangan. Salah satunya karena tiap karyawan yang ulang tahun biasanya dirayakan dengan meriah. Tentu tiap bulan ada saja yang ulang tahun. Kemudian acara gathering tahunan kantor juga selalu istimewa karena menyertakan keluarga juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline