Lihat ke Halaman Asli

enny laraswati

seorang ibu yang penyayang

Tak Sempat Kulihat Senyum Manismu

Diperbarui: 5 Oktober 2019   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dinda , nama yang sederhana tapi tak sesederhana itu nama itu dalam benakku.
Seakan semua lekuk dalam otak ini cuma ada nama orang yang sedang kunanti.
Dia berjanji akan menemuiku di hari pertama seminar yang lama kami tunggu-tunggu agar ada alasan kuat untuknya kembali ke kota kelahiran kami.

Beberapa hari lalu Dinda memberi kabar lewat media WA , dia akan datang bersama kakaknya naik mobil pribadi. Hatiku berbunga-bunga. Lama tak kujumpa sejak dia bertugas di lain kota.
Semua terlihat indah dan terasa wangi... hehe... dan tanpa kusadari mulutku mendendangkan lagu ... : " Dinda... di manakah kau berada...Rindu aku ingin jumpa...Meski lewat nada.... hm..hm... "
Tiba-tiba aku menyadari diriku cengar - cengir sendiri di depan cermin...

Ya ampun... rasanya aku hampir gila ... menunggu ...Besok Dindaku akan datang...
Semua teman dan keluarga sampai menegurku, " Waduh.. sudah jutaan kali lho kabar Dindamu akan datang diceritakan ke kami.."
Aku cuma bisa mesem-mesem malu dan rasanya mukaku panas ...mungkin sudah merah seperti kerang rebus deh.
Mana peduli.. yang penting cuma Dinda dan Dinda aja yang ada ...

Pagi hari yang kunanti tiba... Tak terkirakan berapa banyak aku menengok cermin memantaskan diri. Sepeda motor kesayanganku pun sudah dibikin kinclong dan sudah diisi penuh . Setelah seminar, aku akan mengajak dambaan hatiku untuk keliling kota sambil melepas ridu yang sudah membuncah.

Tapi ...Oh...apa ini...HPku berdering....Cepat-cepat kuraih dan berharap mendengar suara orang yang kurindukan.
Lho, kok suara berat yang kudengar ... mengabarkan berita yang sangat menghantam jiwaku...
Dinda kecelakaan bersama keluarga kakaknya ..
Hpku terlepas dan aku lemas seakan tak bernyawa.

Kedua orang tuaku membawaku ke rumah sakit dan kami menuju kamar mayat. Ya Allah.... Dindaku di sana...terbujur kaku dengan bekas luka di sana sini. Dan di sampingnya kakak kandungnya beserta istrinya juga terbujur dengan keadaan yang sangat mengenaskan.
Tak kusadari air mataku jatuh dan hatiku yang hancur tak kuat menyandang derita . Tak ada senyum manis Dindaku, dan tak akan mungkin lagi .
Hanya sebuah doa agar Dindaku husnul khotimah dan setelah itu dunia terasa gelap.....akupun jatuh......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline