Lihat ke Halaman Asli

Jangan Keluar dari Pekerjaan karena Emosi Semata (#2)

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Indonesia masih terkena dampak krisis Asia sekitar tahun 1999, di mana saat itu mata uang Rupiah terpuruk jatuh terhadap mata uang asing, saya memutuskan keluar dari pekerjaan saya di perusahaan asuransi. Saya baru bekerja sekitar 2 tahun lamanya. Kondisi ekonomi masih belum stabil, ditambah lagi ketidakstabilan politik sekitar mundurnya ex-Presiden Soeharto. Saat itu bunga deposito fantastis tingginya, demikian pula dengan bunga pinjaman.

Dengan PD-nya saya keluar dari pekerjaan karena yakin bahwa bunga deposito yang tinggi itu bisa menopang kehidupan saya. Saya tidak dalam posisi pindah ke pekerjaan yang baru, jadi saya dalam keadaan JOBLESS saat memutuskan keluar.

Atasan saya adalah mantan teman saya di kantor yang lama, namun keluar dan saat mendirikan perusahaan asuransi, dia mengajak saya gabung. Bekerja dengan teman ternyata sangat berbeda dengan bekerja dengan yang bukan teman. Kebiasaan nonformal dalam berinteraksi sebagai teman sebelumnya, berubah menjadi formal. Saya agak kaget dengan perubahan mantan teman yang jadi atasan saya itu, tapi saya pikir biarlah, yang penting saya bekerja secara profesional.

Namun lama-kelamaan banyak perbedaan yang tidak bisa saya toleransi lagi, a.l. pada saat dia selalu menyalahkan saya untuk hal-hal yang bukan tanggung jawab saya. Akhirnya, saya KELUAR dengan baik-baik, namun sebenarnya PENUH EMOSI.

Saya menjadi seorang yang tanpa pekerjaan. Saat bersamaan saya juga sakit karena jatuh dari tangga dan harus opname padahal waktu itu Ibu saya juga bolak balik masuk rumah sakit.. Lengkaplah sudah "penderitaan" saya dan membuat saya depresi ringan (pernah saya tulis sebelumnya). Tidak ada pemasukan tapi malah banyak musibah.

Menyesalkah saya ?  Setelah tenang, saya coba merefleksikan diri, bahwa seharusnya saya TIDAK BOLEH RESIGN SAAT EMOSI MEMUNCAK, namun hadapilah masalahnya.

Tulisan ini saya dedikasikan kepada anak teman saya yang sudah berkeluarga dan punya 1 anak, tapi ingin sekali KELUAR, walau pun BELUM ADA PEKERJAAN, dan baru mau COBA-COBA WIRASWASTA di kota lain. Cobalah dengar juga nasihat dari Cak Lonthong 'MIKIIR'...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline