Lihat ke Halaman Asli

Menulis Sebagai Terapi Jiwa

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ide judul di atas saya dapatkan dari sahabat K, Bapak Tjiptadinata Effendi yang beserta Ibu Roselina, sering menulis artikel-artikel yang mencerahkan dan menambah pengetahuan saya. (Terima kasih kepada Bapak dan Ibu atas banyaknya informasi yang telah diberikan kepada saya.)

Biar pun secara rutin saya telah menulis artikel di K sejak beberapa bulan ini, namun ini hanya cara saya menyalurkan  hobby baru saja. Beberapa hobby yang saya tekuni  adalah membaca dan membuat  kue (namun dengan bertambahnya usia, membuat kue ini tidak menjadi prioritas lagi, hanya kadang-kadang saja), dan sekarang menulis.

Ternyata, hobby menulis ini telah memberikan manfaat positif bagi  saya yang akan saya sharingkan  di bawah ini :

1.. Sebelum menulis, saya harus memikirkan topik dan isi tulisan, dan ini membuat saya harus berkonsentrasi untuk menuliskan sesuatu sesuai topik pilihan saya tsb. Saya menjadi "sibuk" dan tidak ada waktu untuk bengong.

2.. Sebelum atau sesudah menuliskan suatu artikel, saya harus "menganalisa" bagaimana artikel tsb akan ditampilkan, termasuk apakah harus melampirkan foto/design/kutipan atau tidak, dan kalau ya,  saya harus mencarinya.

3.. Untuk suatu reportase, saya mencoba mendapatkan data akurat baik dari informasi langsung mau pun dari sumber-sumber lain di internet.

4.. Menulis di K itu gratis, sehingga kantong saya tidak jebol dibanding kalau saya mengisi waktu dengan jalan-jalan ke mall atau makan-makan di restoran. Acapkali kalau membeli atau membayar sesuatu tanpa direncanakan, saya menjadi pening sesaat karena pengeluaran yang tidak terduga tsb.

5.. Memiliki banyak sahabat baru yang saling memberikan semangat, kritik mau pun apresiasi, serta bersama  mereka bisa  ngakak bareng (seperti yang saya alami kemarin pagi, gara-gara tulisan Mbak Hanna Chandra, yang menganalisa  apakah Pakde Kartono = Arswendo Atmowiloto, dan sampai sekarang masih merupakan teka-teki).

Semoga hobby saya yang baru ini bisa saya tekuni sampai kapan pun  dan bisa mengilhami pembaca lain untuk tidak berhenti menulis. Marilah kita saling berbagi informasi, kebahagiaan, keluhan,  apa pun juga yang ingin Anda tulis, dan dengan senang hati, saya akan menerimanya.

(Yuk kita ajak Capres + teamnya yang tidak jadi menang untuk ikutan ngakak bareng supaya melupakan kekesalannya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline