Lihat ke Halaman Asli

Di Bali, Saya Dikecewakan oleh Supir/Guide Mobil Sewaan

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bali selalu menjadi magnet untuk selalu dikunjungi, bukan hanya oleh turis lokal saja, namun juga oleh turis mancanegara. Bisa dikatakan bahwa tanpa promosi pun turis akan tetap ke Bali, namun apakah bisa selamanya demikian?

Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saat saya berkunjung ke Bali dari tgl 3 – 7 Januari 2015 yl. Sudah beberapa kali saya berkunjung ke Bali, dan karena merasa lebih mengenal Kuta daripada tempat lain, acapkali saya menginap di suatu hotel bintang 3 di daerah tersebut. Beberapa saudara dan teman mengatakan mengapa saya menginap di daerah yang sering macet tersebut, namun untuk saya koq nyaman-nyaman saja.

Seperti setiap kali berkunjung ke Bali, saya selalu menyewa mobil dengan supir yang merangkap guide. Biasanya saya memesan melalui biro-biro perjalanan kecil yang banyak terdapat di daerah Kuta tersebut. Mereka akan menanyakan berapa lama saya akan berada di Bali, dan mereka memberikan brosur-brosur yang berisi paket-paket tour, kemudian menentukan tujuan serta tarifnya.

Sejauh ini, pengalaman tersebut tidak pernah mengecewakan, kecuali saat kunjungan saya yang terakhir tersebut. Berhubung saat saya tiba di Bali sudah larut dan masih harus menemui kemacetan parah di daerah Kuta, maklum Saptu malam, maka baru kira-kira tengah malam saya tiba di hotel.  Saat check-in, staff hotel menanyakan apakah saya perlu kendaraan keesokan harinya, dan saya jawab “ya”.

Disepakati bahwa tarif Rp 550,000 / 8 jam, dan seperti sebelumnya, saya meminta brosur paket tertulis atas tempat-tempat yang akan dikunjungi. Dijawab oleh staff tersebut, bahwa tidak ada. Kemudian saya minta tulisan tangan sebagai bukti atas rencana kunjungan tersebut, namun permintaan saya juga tidak dikabulkan.

Karena merasa lelah dan juga sudah beberapa kali menginap di hotel tersebut, maka saya setuju saja atas usulan staff hotel tersebut.

Hari berikutnya, pada jam yang telah disepakati, meluncurlah kami ke tempat-tempat sesuai dengan janji-janjinya. Driver yang merangkap guide tersebut cukup professional dalam menjalankan tugasnya, dan kami pun puas dengan pelayanannya.

Namun tidak demikian pada hari kedua kunjungan. Saat saya meminta driver yang sama, staff hotel mengatakan bahwa driver tersebut tidak bisa bekerja karena adanya upacara adat yang harus dilakukannya., dan sebagai gantinya, menawarkan driver/guide lain dengan sewa yang lebih mahal. Saat itu, saya protes, dan kata si staff, dia akan mencoba mengontak yang lainnya. Sampai sekitar jam 23, tidak ada kabar dari si staff sampai-sampai saya harus menemuinya langsung di lobby, dan kembali mengatakan bahwa tidak ada driver / guide yang mau dengan tarif seperti sebelumnya.

Karena hari sudah larut, dan daripada tidak kemana-mana, akhirnya saya setuju dengan tarif yang lebih mahal tersebut, walau pun saya merasa bahwa ini permainan staff hotel yang seperti memojokkan saya.

Kekecewaan saya masih berlanjut yaitu saat sesudah makan siang dan kami mampir di kopi luwak, si driver mengatakan bahwa kami tidak bisa berkunjung ke Kintamani karena sangat berkabut dan sudah terlalu sore. Saya protes bahwa mestinya sebagai guide, dia harus mengatur waktu mana yang diutamakan, dan berkunjung ke kopi luwak serta sebelumnya ke lukisan telur, bisa dikesampingkan, sesudah tujuan utama tercapai.

Demikian pula saat di Ubud, kami akan berkunjung ke suatu tempat (maaf lupa namanya), dan dikatakan bahwa tempat tersebut sudah akan tutup jam 18.00, karena kami tiba di sana sekitar jam 17.55.

Sebagai turis yang dikecewakan, saya menghimbau para sahabat yang akan ke Bali dan menyewa mobil berikut supir / guide, sebaiknya :

1.. meminta brosur lengkap  atau setidaknya jadwal tertulis  lengkap tempat yang akan dikunjungi, berikut waktunya, dan sanksinya kalau tidak tercapai . Hal ini saya lakukan saat hari ketiga saya di Bali, dan kunjungan bisa on schecule.

2.. mencari tahu berapa tarif normal / wajar supaya tidak dihajar tarif semau gue

3..  jangan menggampangkan urusan seperti saya, karena saya agak anggap enteng urusan sewa mobil ini, sehingga tidak mencari tahu terlebih dahulu

4.. tanyakan jenis mobil apa yang akan digunakan, kalau perlu berikut tahunnya, karena bisa terjadi bahwa mobil yang disewakan adalah mobil yang kurang bagus kondisinya.

Demikianlah sedikit tip dari saya yang kecewa, dan semoga pariwisata di Indonesia, dan Bali khususnya,  menjadi perhatian pemerintah, karena banyak negara yang “iri” dengan Bali dan daerah indah lain di Indonesia, dan mencoba “mencuri” turis-turis yang datang ke Indonesia.

Negara-negara lain berlomba-lomba untuk mengutamakan sektor pariwisata ini, termasuk negara yang saya tempati sekarang, Filipina, yang dalam beberapa tahun terakhir sangat gencar mempromosikan negaranya. Belum lagi negara-negara yang “baru lahir” seperti Myamar/Burma, Kamboja, Vietnam, dll.

Urusan yang nampaknya sepele di atas, bisa menjauhkan Bali dari turis…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline