Lihat ke Halaman Asli

Kesan dan Pesan Presiden Jokowi di Manila

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14236526421269494485

[caption id="attachment_396254" align="aligncenter" width="520" caption="Jokowi di Manila (REUTERS/Romeo Ranoco)"][/caption]

Euforia teman-teman di Manila atas pertemuan dengan Presiden Jokowi kemarin (9 Februari 2015) masih berlanjut dengan menampilkan foto-fotonya ke berbagai media sosial. Saya pribadi juga sangat terkesan dengan beliau, selain karena kesederhanaannya,  juga ketulusannya dalam berbagi pandangan menyangkut upayanya untuk mengangkat Indonesia ke tempat terhormat di dunia.

Intinya adalah Indonesia adalah negara besar yang harus menampilkan diri sebagai negara besar. Penjelasan singkat yang membuat saya sadar bahwa saya adalah bagian dari negara besar itu, dan memang kepercayaan diri rakyat Indonesia perlu dibina, supaya tidak selalu merasa kecil dan terpojok.

Dalam pertemuan tersebut, sempat disinggung tentang polemik antara POLRI + KPK, namun dijawab oleh Presiden bahwa pengambilan keputusan tersebut tidak semudah yang diperkirakan, karena menyangkut beberapa aspek, termasuk hukum. Sebagai seorang pimpinan tertinggi negara, pasti keputusan beliau sangat ditunggu-tunggu oleh rakyat, namun saya bisa memahami alasan beliau.

Apalagi urusan sepenting itu, untuk urusan pribadi pun, saya cukup hati-hati terutama kalau menyangkut aspek hukum atau yang lainnya. Jangan sampai keputusan yang diambil malah “memenjarakan” saya dan menimbulkan masalah baru.

Sebagai Presiden, saya yakin Presiden tahu bahwa dengan menyodorkan calon tunggal Kapolri, pasti akan banyak masalah pro dan kontra. Kita hanya bisa menduga-duga bahwa ada aktor di belakang Presiden yang memberikan dukungan penuh kepada calon Kapolri tersebut. Banyak yang menilai Presiden disebut sebagai petugas partai, tidak tegas, lamban,  dll.

Presidenmembiarkan ini terjadi agar supaya dilain kesempatan, si aktor itu (kalau ada) tidak ikut-ikutan lagi menyodorkan / menitipkan calonnya, karena hukum yang akan bertindak dan rakyat yang akan mengkritisi. Si aktor dibiarkan “kapok” agar lain kali tidak ikut campur lagi, pastinya dengan pertimbangan cost benefitnya terhadap negara dan bangsa.

Jadi, intinya Presiden tidak sedang blusukan secara fisik, namun blusukan di “helicopternya” sebagai pemimpin tertinggi negara, sambil menengok kanan kiri dan kemudian mengambil keputusan. Semoga demikian Pak Jokowi… ditunggu keputusannya seperti yang Bapak janjikan di Manila...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline