Lihat ke Halaman Asli

Erni Pakpahan

TERVERIFIKASI

Wanita dan Karyawan Swasta

5 Hal tentang Murah yang Tak Selalu Murahan

Diperbarui: 14 April 2019   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pixabay

Beberapa hari lalu saya dan seorang teman makan di salah satu restoran. Melihat jumlah di kertas nota yang kami peroleh dari kasir, teman saya nyeletuk tentang mahalnya bila tidak menggunakan cash back. Saya setuju. Dengan harga yang berbeda makan menu yang sama kadang bila membayar lebih mahal agak gimana rasanya gitu ya. Hehee.

Tapi ya, sampai sekarang tidak sedikit orang memiliki prinsip bahwa harga barang menjadi penentu kualitas suatu barang. Semakin mahal suatu barang, semakin berkualitas barang tersebut. Anggapan ini pun sudah merambah hampir di setiap bidang sehingga menjadi tolok ukur. Secara psikologis pun spontan ketika melihat harga barang murah menurut kita, itu berarti barang yang tidak berkualitas.

Saya sendiri pernah curiga tentang diskonan makanan. Bila makanan tersebut diskon, berarti makanan yang diberikan mungkin makanan yang kurang berkualitas atau sudah mendekati masa kedaluarsa.

Kalau diperhatikan, walaupun ada beberapa yang seperti itu ternyata tidak selalu semua begitu. Ada kalanya, barang di pasaran diberi potongan harga untuk tujuan promosi agar semakin dikenal banyak konsumen. Terlepas kemudian beberapa konsumen kalap melihat diskonan, itu tentu menjadi topik lain.

Nah, "ada harga, ada barang" yang masih lekang hingga sekarang memang berlaku di banyak hal terutama saat kita membeli produk di pasar. Tetapi bukan berarti hukum ini berlaku di setiap hal. 

Ada beberapa hal yang terlihat murah tetapi tidak murahan. Kira-kira, apa sajakah lima hal ketidakmurahan contoh hal murah yang bisa saja sudah sering kita lakukan atau mudah saja kita temukan? Yuk, cek:

TravelKompas

1. Menggunakan barang bekas
Ada banyak barang bekas di sekitar yang ternyata masih berguna jika kita gunakan lagi. Beberapa kali membeli buku bekas, saya tidak bisa menyangkal tidak rugi membaca buku bekas. Ilmu dalam buku bekas masih banyak yang relevan dengan masa kini. 

Kelihatannya memang kusam, berdebu, dan agak bau buku lapuk. Tetapi kalau dibandingkan, harga satu buku baru bisa mendapatkan tiga sampai empat buku bekas yang bagus.

Atau menggunakan gelas keramik yang patah gagangnya menjadi tempat pensil atau menggunakan botol-botol kaca sebagai wadah bunga atau hiasan bisa menjadi barang yang menarik. Lumayan kan, daripada beli baru atau setidaknya kita memperpanjang umur produk. Secara tidak langsung kita mengurangi limbah bertumpuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline