Lihat ke Halaman Asli

Erni Pakpahan

TERVERIFIKASI

Wanita dan Karyawan Swasta

Indahnya Danau Toba Bersolek Alam dan Kekayaan Budaya

Diperbarui: 25 Oktober 2017   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penginapan bernuansa rumah adat batak di Tuk-tuk-Dokumentasi Pribadi

Saya tidak pernah terpikir jika tahun ini akan berkunjung ke Samosir. Terakhir sekaligus kali pertama menyeberang kesana sekitar tiga tahun lalu. Sebelumnya hanya bisa menikmati keindahannya dari dalam bus setiap kali ke Medan. 

Karena sudah pernah kesana maka jika ada kesempatan saya lebih memilih backpaker ke Pusu Buhit, Simarjarunjung  atau menginap di Tuk-tuk lalu minum kopi Sidikkalang di pagi hari usai menceburkan diri menikmati dinginnya air Danau Toba. Hal yang juga kami lakukan pada waktu itu. Menyambangi Tomok berkali-kali, berenang berkali-kali dan minum kopi berkali-kali.

Saya juga ingin ke Samosir dengan jalur berbeda, berangkat dari Taput melewati Tele langsung ke Samosir dan kembali menyeberang dari Parapat. Melewati Berastagi-Sidikkalang lalu Samosir kemudian pulang dari Parapat sepertinya menarik juga. Gak salah bermimpi kan, ya?

Tapi ya, biarlah angan ini disimpan dulu. Kabarnya masih banyak sekali tempat yang begitu bagus yang belum pernah saya injak di nusantara ini.

Jalan raya setelah kami keluar dari kapal penumpang. Aktivitas masyarakat sekitar pukul sebelas pagi.-Dokumentasi Pribadi

Tadaa... Kenyataan membawa saya ke danau toba lagi. Saya bersyukur untuk itu. Setelah hujan mengguyur kota Medan yang sempat dihujam panas terik, kami berangkat dan tiba di Parapat lima jam kemudian. Setelah itu makan malam, langsung ke penginapan dan tanpa terasa, ternyata sudah pagi saja. Bangun oleh suara teman-teman yang mulai beraktivitas, mempersiapkan diri berangkat ke Samosir.

Ajibata ke Tomok memakan waktu empat puluh lima menit dengan menggunakan kapal, menyeberangi Danau Toba. Tak jauh dari penginapan kami bergegas ke Pelabuhan Ajibata, tempat penyeberangan menuju Samosir. Saat kami tiba, belasan kendaraan pribadi dan truk sudah masuk jalur antrian menunggu kapal Ferry. Disana, tempat pelabuhan kapal Ferry yang khusus membawa transpotasi dan barang.

Kabar-kabarnya akan ada dua Ferry yang beroperasi mengingat kebutuhan penumpang meningkat hari itu.  Dua orang teman bersedia naik kapal Ferry bersama kendaraan yang kami tumpangi sedang yang lain ikut kapal penumpang. Masih di Ajibata di tempat yang terpisah tersedia pelabuhan khusus penumpang. Jadilah kami duluan berangkat.

Jadwal penyeberangan Ferry KMP. Tao-Toba-Dokumentasi Pribadi

Pelabuhan Tomok (Pelabuhan Sumber Sari) adalah perhentian terakhir setelah kami meninggalkan Ajibata. Dengan membayar Rp 8.000 ribu rupiah per orang kami sudah tiba. Udara sejuk menutupi terik matahari pagi itu. Suhu di Danau Toba yang kata teman saya sudah semakin meningkat saja tidak terasa panas.

Sembari menunggu kedatangan mereka, kami sepakat berkeliling ke beberapa titik tempat wisata budaya yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki tak jauh dari pelabuhan. Keluar dari pelabuhan Tomok, belok kanan ke pusat perbelanjaan. Tomok merupakan bahasa Batak artinya gemuk atau tambun.  Disana terdapat pusat perbelanjaan khas etnis Batak. Mendaki mengikuti jalan pusat perbelanjaan, nanti akan bertemu Kampung Batak, Kuburan Raja Sidabutar dan sebuah museum.  

Kampung Batak

Rombongan pengunjung sedang


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline