Lihat ke Halaman Asli

Erni Pakpahan

TERVERIFIKASI

Wanita dan Karyawan Swasta

Museum dan Suasana Kota Tua di September Ceria

Diperbarui: 20 September 2017   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Sejarah (Fatahillah)-dokpri

Kota Tua tampak ceria seperti sebutan bagi bulan ini. Keramaian pengunjung menghidupkan suasana kota. Walaupun kotanya sudah tua tetapi masih tampak segar dengan pemandangan kota sejarah. Dan namanya tua tentu banyak mengandung ceritera pengalaman bermanfaat yang dapat dipetik.

Saya ceritain singkat saja ya karena memang lebih baik berkunjung kesana jika emang bisa. Tapi jika belum sempat atau belum ada kesempatan bolehlah simak cerita saya. Saya coba bercerita singkat dan mudah-mudahan kamu tidak ngantuk. Biar gak ngantuk, perhatikan gambar di bawah ini dan dalam hitungan ke tiga silahkan tidur. Oops... maksud saya melek!

Dokpri

Jadi, awal September kemarin saya ikut menjelajah Kota Tua bersama Clicksiana. Seingat saya waktu itu ada ibu Muthia, pak Ikhwanul serta istri, pak Berty Sinaulan, mas Koko Gio, dan mba Hasanah. Emang cuma segitu sih pesertanya. Hehe.

Pasti kenal dong dengan Kota Tua. Salah satu tempat yang baru afdol dan sah berkunjung ke Jakarta jika sudah ke Kota Tua (Cek lagi di pasal dan ayat berapa nanti). Pula termasuk wisata murah sekaligus kaya akan sejarah. Makanya, Kota Tua terutama di akhir minggu banyak pengunjungnya.

Dokpri

Dari stasiun saja, tempat saya mencapai kota ini, suasana kota yang emang benar-benar tua ini sudah mulai terasa. Bangunan-bangunan  bergaya Eropa begitu mendominasi di wilayah ini. Membuat kita seakan berada di masa penjajahan. Kota ini dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Dulu, kota Batavia ini merupakan pusat pemerintahan VOC.

1. Museum Fatahillah

Tibalah saya di museum Fatahillah menyusul teman-teman yang sudah jalan lebih dahulu. Rute jelajah kami hari itu berawal dari museum yang disebut juga Museum Sejarah. Saya mendapat karcis setelah menunggu antrian. Ternyata banyak juga yang berminat mengunjungi museum ini. Ada beberapa rombongan yang sepertinya pelajar hendak berkunjung membuat minat saya memekar menjelajah di siang terik hari itu.

Sekilas menurut saya berbeda tampak luar dan dalam. Dari luar, Museum Fatahillah tampak megah dengan gaya arsitektur neo klasik. Karenanya saya berpikiran akan ada banyak benda bersejarah yang saya lihat di dalam. Ternyata, ruangan terkesan kosong karena diisi oleh beberapa furniture saja.  Terdapat lemari, kursi, meja, cermin berukuran besar terbuat dari kayu. Beberapa benda sejarah terbuat dari batu.

Museum Fatahillah pernah dipakai sebagai Balai Kota Batavia. Dari dalam kita bisa memandang suasana di luar dari jendela berukuran besar. Pintu-pintu bangunan ini pun dibuat besar dan semuanya tampak kokoh.  

Dari dalam terlihat di taman Fatahillah bekas mata air di halaman depan dan sekarang bentuknya sudah tidak bagus lagi. Bekas air mancur dan pos pertahanan alun-alun kota tepat berada ditengah taman di depan museum ini.

Pintu penjara batu-dokpri

Memasuki halaman belakang, seorang penjaga menunjukkan arah bekas penjara, tepat di bawah tangga. Halaman ini sebagai saksi bisu sejarah muram. Dulunya dipakai sebagai tempat penghukuman mati dan pembantaian massal. Penjara batu 1840-an setengah bola berbentuk goa kecil dengan ketinggian kira-kira 160 cm. Bisa dibanyangkan bagaimana tahanan tinggal di ruangan gelap dengan sedikit cahaya masuk melalui jendela disekat besi.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline