Lihat ke Halaman Asli

Erni Pakpahan

TERVERIFIKASI

Wanita dan Karyawan Swasta

Kampoeng Tempo Doeloe, Makanan Nusantara dan Nostalgia Musim Layang-layang

Diperbarui: 6 Mei 2017   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya bertemu juga dengan teman-teman peserta Kompasianer Penggila Kuliner alias KPK hari itu, Sabtu, 29 Mei 2017. Setelah bertanya dua kali kepada petugas keamanan yang berbeda, saya kemudian melihat sebuah gapura bertuliskan “Kampoeng Tempo Doeloe”, tempat para KPK menyicip-nyicip makanan, salah satu acara di acara Jakarta Fashion & Food Festival 2017 (JFFF).

Kami duduk di depan panggung berlatar Kampoeng Tempo Doeloe. Latar berlukiskan sebuah kampung nan damai di petang hari dengan aktivitas masing-masing. Beberapa orang dewasa kembali dari ladang beserta hasil panen, para penjual menjajakan aneka jajanan, turut juga anak-anak riang gembira sedang bermain layang-layang berlari melawan arus angin menaikkan layang-layang mereka. Disana pula gerombolan keluarga ayam berkeliaran menghindari langkah-langkah gesit mereka yang tak ingin melewatkan hembusan angin sore itu. Terik matahari di lokasi penggrebekan, tempat kami berada adalah suasana yang tepat sekali bermain layang-layang.

Kampoeng Tempoe Doleo, Terkenang Akan Musim Layang-Layang

Acara JFFF hingga sekarang sudah 14 kali digelar sejak tahun 2014. Bertempat di Summarecon Mall Kelapa Gading, Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) merupakan salah satu dari berbagai kegiatan yang diadakan. Tujuanya mempertahankan industri kuliner Nusantara. Lainnya Fashion Village, Fashion Festival, Jakarta Wine & Cheese Run, juga Wine & Cheese Expo. Kampung Layang-Layang menjadi tema pilihan dekorasi KTD. Berkunjung kesana membuat diri seolah berada di musim layang-layang.

Layang-layang adalah permainan tradisional anak-anak. Ngomong-ngomong, pernah main layang-layang? Kalau saya iya, ketika kecil. Setiap tahun sekitar Juni hingga Agustus langit kampung kami berhiaskan layang-layang. Musim saat langit berubah menjadi biru oleh terik matahari. Angin bertiup kencang memampukan layang-layang dapat terbang.

Tidak pernah berhasil menerbangkan layang-layang, saya juga anak perempuan lainnya biasanya berperan sebagai pengawal sama pemandu sorak aja. Betapa girangnya menyaksikan beberapa layang-layang berada di ketinggian. Betapa hebatnya juga teman-teman laki-laki bisa menaikkan layang-layang, dengan peka pula menjaga ketinggian layang-layang stabil supaya tidak kandas.

Bermain layang-layang sangat kami nikmati. Sesekali kami juga ikut menyaksikan mereka mulai dari proses memotong, mengukur, menimbang rangka badan layang-layang hingga menghiasi badan dan mencarikan bekas plastik untuk dijadikan ekor serta menggulung tali di akhir permainan.

ktd-siap-memyambut-riang-para-pengunjung-590c79e04ef9fde22e8b4568.jpg

Hati yang Gak Bisa Berpaling dari Mie

Acara tersebut merupakan hasil kerjasama Summarecon dan Pemerintah Pov. DKI melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta didukung Kementerian Pariwisata RI dan Badan Ekonomi kreatif RI. KTD sendiri menghadirkan aneka macam makanan kuliner nusantara. Ada sebanyak 101 peserta UKM dan pengusaha kuliner terdiri dari gerobak dan booth bisa dikunjungi.

Tak hanya itu, terdapat juga berbagai acara acara menarik setiap hari sejak 7 April hingga 7 Mei. Masih seputar kegiatan khas nusantara. Ada acara humanoid, tari tradisional nusantara, etnik kolaborasi nusantara, parade layang-layang, bermain angklung & layang-layang malam, berbagai workshop seperti membuat layang-layang, membuat batik, daur ulang, dan membuat lampion.

Setelah peserta hampir hadir semua, kami pun dipersilahkan berkeliling di seluruh area. Disana, berbagai jenis makanan dijajakan di gerobak dan booth berjejer rapi. Sebelumnya wefie ria dulu di panggung KTD.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline