Lihat ke Halaman Asli

Enjelita Togatorop

Mahasiswi Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Medan

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 6 Maret 2021   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan bagi seluruh negara di dunia terkait muncul dan menyebarnya penyakit Covid-19 yang dikenal dengan virus Corona. Kasus pertamanya bermula dari kota Wuhan, China. Penyakit Covid-19 bukanlah suatu wabah yang bisa diabaikan begitu saja, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah mengglobal dan seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia. Penularan penyakit Covid-19 yang sangat cepat inilah menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Status pandemi tersebut menandakan bahwa penyebaran virus berlangsung sangat cepat hingga hampir tak ada negara di dunia yang dapat memastikan diri terhindar dari virus corona (Handayani, Hadi, Isbaniah, Burhan, & Agustin, 2020; Mona, 2020). Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh Negara di dunia menyebabkan kepanikan luar biasa bagi seluruh masyarakat, tidak terkecuali Indonesia. Seluruh aspek kehidupan manusia di bumi terganggu, termasuk sektor pendidikan.

Di Indonesia sendiri Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan yang bertujuan untuk memutus rantai penularan pandemi Covid-19. Salah satunya adalah penerapan kebijakan social distancing, dimana warga harus menjalankan seluruh aktivitas di rumah, seperti bekerja, belajar, termasuk dalam melaksanakan ibadah.

Penerapan kebijakan social distancing ini jelas sangat berdampak fatal bagi Pendidikan Indonesia. Kegiatan belajar mengajar terpaksa harus dilakukan sementara dalam jarak jauh atau biasa kita sebut dengan daring. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makariem mengatakan bahwa prinsip dikeluarkannya kebijakan pendidikan di masa Pandemi Covid-19 adalah dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat. Penutupan sementara lembaga pendidikan sebagai upaya menahan penyebaran pendemi covid-19 berdampak bagi jutaan pelajar di Indonesia. Gangguan dalam proses belajar langsung antara siswa dan guru menyebabkan sulitnya mentransfer materi pembelajaran.

Tantangan Pendidikan Indonesia

Sistem belajar jarak jauh (daring) pun tidaklah mudah dilakukan. Di samping disiplin pribadi untuk belajar secara mandiri, ada fasilitas dan sumber daya yang mesti disediakan. Banyak orangtua murid dan juga tenaga pendidik yang kesulitan, baik dalam menyediakan perangkat belajar seperti ponsel dan laptop maupun pulsa untuk koneksi internet.

Pandemi covid-19 ini menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial ekonomi yang semakin meluas. Kemenaker (20/4) mencatat sudah lebih dari 2 juta buruh dan pekerja formal-informal yang dirumahkan atau diPHK. Kondisi seperti ini membuat orangtua kesulitan dalam menyediakan kesempatan dan fasilitas pendidikan anak-anak mereka dengan optimal. Dalam situasi yang lebih buruk, orangtua malah bisa berhadapan pada pilihan dilematis: memberi makan keluarga atau membiayai pendidikan anak. Ini berpotensi membuat angka putus sekolah meningkat.

Disamping itu ada beberapa varian masalah yang menghambat terlaksananya efektivitas pembelajaran dengan metode daring diantaranya adalah:

1. Kurangnya Penguasaan Teknologi Informasi oleh Guru dan Siswa

Dimasa pandemi ini menuntut siswa dan guru harus menguasai teknologi. Kondisi guru di Indonesia pun tidak seluruhnya paham penggunaan teknologi, ini bisa dilihat dari guru-guru yang lahir tahun sebelum 1980-an. Masyarakat pedesaan (desa terpencil) lebih kena dampaknya, karena tidak terlalu mementingkan teknologi . Jelas sangat sulit bagi mereka yang sama sekali buta teknologi tersebut tiba" harus paham karna tuntutan pendidikan yang dijalankan melalui daring.

2. Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai

Perangkat pendukung teknologi jelas mahal. Banyak di daerah Indonesia yang guru pun masih dalam kondisi ekonominya yang menghawatirkan. Kesejahteraan guru maupun murid yang membatasi mereka dari serba terbatas dalam menikmati sarana dan prasarana teknologi informasi yang sangat diperlukan dengan musibah Covid-19 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline