Memiliki timnas sepak bola yang berkelas dunia rupanya sudah lama menjadi impian bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Melalui segala cara dan upaya dilakukan demi kehormatan negara dan bangsanya melalui olahraga terpopuler di dunia.
Selain menggulirkan kompetisi liga lokal dan mendatangkan pelatih asing yang profesional dan berpengalaman, hadirnya pemain keturunan dan naturalisasi menjadi pilihan lain. Hal itu terlihat di ajang Piala AFF 2020 yang digelar di Singapura pada penghujung tahun 2021 ini.
Timnas Indonesia, Singapura, dan Thailand yang sukses tembus ke babak semi final menjadi bukti atas penggunaan jasa pemain berdarah 'campuran' tersebut. Malah Filipina yang hampir lolos ke semi final, lebih dari setengah kesebelasannya didominasi pemain keturunan dan naturalisasi.
Jika hadirnya para pemain keturunan dan naturalisasi yang didukung postur tubuh di atas rata-rata pemain lokal Asia Tenggara, ditambah bakat dan prestasi mentereng di level Eropa mampu mendongkrak timnas negara-negara kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kenapa tidak...!
Bahkan pelatih sekelas Shin Tae-yong yang sukses mengawal timnas Korea Selatan di ajang Piala Dunia 2018 lalu, belum mampu membawa timnas Indonesia menjadi juara di ajang Piala AFF 2020 yang menjadi tolak ukur prestasi timnas negara-negara Asia Tenggara.
Apalagi bisa jadi jawara di level Asia dan dunia.
Jumlah penduduk sebuah negara rupanya bukan jaminan menjadikan negara tersebut hebat dalam sepak bola. China dan India yang memiliki jumlah penduduk di atas satu miliar saja terbukti tidak memiliki timnas yang mampu bicara di tingkat dunia, bahkan di Asia.
Sejauh ini negara-negara yang menjadi langganan piala dunia mewakili benua Asia hanya Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi, Iran, dan Korea Utara. Negara lain yang pernah lolos di antaranya UAE, Iraq, Kuwait, dan China satu kali.
Indonesia yang merupakan negara berpenduduk terbesar keempat di dunia mengacu hasil sensus tahun 2020 mencapai angka 270 juta lebih, hingga sekarang masih kesulitan berprestasi di tingkat Asia, bahkan di tingkat Asia Tenggara. Dimana peringkat timnas Indonesia di FIFA masih terseok di urutan 160-an alias 'papan bawah'.
Sebenarnya, timnas sepak bola yang pemainnya 'campur pemain keturunan' bukanlah fenomena baru dan tidak terjadi di Asia Tenggara saja. Bahkan beberapa negara di benua Eropa yang langganan piala dunia pun, warna-warni 'kulit dan rambut' pemain timnas sepak bola menjadi pemandangan yang sudah lama terlihat.
Sebut saja, Prancis, Belanda, Inggris, bahkan negara-negara yang dikenal memiliki ego ras yang kental seperti Jerman dan Italia saja dalam beberapa putaran piala dunia penggunaan pemain keturunan sudah bukan hal yang tabu lagi.