"Aseek... sekarang waktunya jamkos alias jam kosong!"
Teriakan gembira ini mungkin sering terdengar di kalangan siswa ketika guru mata pelajaran tidak bisa hadir karena sakit atau sedang dinas luar.
Banyak siswa yang menganggap jam kosong sebagai waktu yang sangat berharga untuk bersantai, beristirahat, atau bahkan bermain bersama teman-teman.
Hal ini menjadi indikasi bahwa, bagi sebagian siswa, waktu tanpa pelajaran justru lebih menarik daripada jam belajar di kelas. Reaksi ini juga mencerminkan bahwa proses belajar di sekolah mungkin belum sepenuhnya memberikan kenyamanan dan kebahagiaan yang mereka harapkan.
Peristiwa ini memberi pesan penting kepada para guru, bagaimana menciptakan suasana belajar yang mampu menarik minat siswa sehingga mereka antusias mengikuti pelajaran?
Siswa yang lebih suka menghadapi jam kosong daripada belajar di kelas menunjukkan adanya celah yang perlu diisi dengan inovasi dalam metode pengajaran dan pendekatan yang lebih menarik.
Tentu, tantangan ini adalah peluang besar bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan produktif.
Kurikulum pendidikan selalu menuntut guru untuk bisa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
Guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi, tetapi juga membuat siswa betah dan merasa nyaman di kelas, seperti halnya mereka berada di rumah sendiri.
Pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang dapat menyentuh hati dan pikiran siswa, memberikan mereka ruang untuk belajar dengan cara yang mereka nikmati.
Namun, kenyataannya, banyak siswa zaman sekarang lebih menyukai aktivitas di luar pelajaran sekolah, terutama bermain gawai, daripada mengikuti kegiatan di kelas.