Melihat matahari terbit dari ufuk barat, menyapa lembut dahan tanpa ranting, seperti cintamu yang selalu membangunkan angan dari deretan mimpi buruk sepanjang malamku.
Menatap awan putih berarak di halaman singgasana langit, seperti cintamu yang senantiasa menempatkan hatiku pada mahkota bidadari surga.
Merasakan sentuhan semilir angin pada dinginnya pagi ini, seperti aliran kasih yang kau tebar pada ruang-ruang kosong ragu ketika kalbu mulai pilu.
Mendengarkan nyanyian anak burung iringi berseminya pucuk-pucuk pinus, seperti irama setiamu yang tak pernah berhenti membersamai gundah kala resah singgah di tahta.
Melihat embun menetes pada lembaran hening daun, seperti kelembutan renjana yang kau hembuskan pada setiap dinding kegelisahan
Selamat pagi rasa, mari bersulang duhai relung, pagi ini gemuruh di rana risau telah kau gubah dalam taman-taman surgawi, dendang kearifan memendar sampai ufuk temaram, saat raga kita terpisah oleh waktu.
Terima kasih cinta, telah nisbahkan aku di antara bidadari dua purnama.
Blitar, 3 Januari 2021
Enik Rusmiati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H