Lihat ke Halaman Asli

Enik Rusmiati

TERVERIFIKASI

Guru

UN Dibatalkan, Inilah Kemerdekaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran

Diperbarui: 25 Maret 2020   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

brilio.net

"Alhamdulillah"

Demikian ungkapan yang saya simak dari beberapa WAG, baik dari grup siswa maupun orangtua. Saya bisa merasakan kemerdekaan yang luar biasa. Seolah baru saja terbebas dari himpitan yang menekan jiwa dan pikiran mereka.

Berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang semakin meningkat, Ujian Nasional dibatalkan. Dengan demikian secara otomatis nilai UN tidak menjadi syarat masuk ke jenjang pedidikan berikutnya.

Keadaan ini tentu menimbulkan respon yang berbeda-beda, bagi siswa yang rajin maka ini merupakan suatu kegagalan sebelum bertanding. Namun bagi siswa yang selalu santuy maka keputusan ini bak mendapatkan durian runtuh yang siap dinikmati. Apa pun yang terjadi sebagai warga negara yang baik tetap harus menerima segala keputusan ini dengan hati bijak. Yang jelas tidak ada proses yang tidak membawa hikmah.

Lalu sebagai guru mapel UN, apakah ikut bahagia dengan keputusan ini? Jelas harus tetap bahagia, kalau gurunya sedih, kasihan kan siswanya, he he.... Guru harus bahagia, bukan karena terbebas dari tugas mengajar dan mendalami soal-soal ujian nasional, namun karena guru akan mempunyai kemerdekaan memberikan materi sesuai dengan minat, bakat dan karakter siswa. Karena sebenarnya keberhasilan siswa tidak terletak pada nilai-nilai yang tertera di lembar hasil akhir ujian nasional saja, melainkan kesiapan siswa  menghadapi tantangan dunia saat ini dan masa depan.

Meningkatkan Literasi Siswa

Ketika beredar surat keputusan bahwa ujian nasional dibatalkan, banyak pesan masuk dari siswa di ponsel saya, "Bu, mulai sekarang ibu tidak mengajar dikelas kami lagi ya, berarti sudah berhenti bahas soal ya bu." Karena saya mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, salah satu mapel UN. Tentu jawaban saya bukan mengiyakan asumsi siswa, karena tugas seorang guru tidak hanya mentransfer ilmu tapi mendidik, memanusiakan manusia.

Kalau hari-hari kemarin pembelajaran daring ini berupa pembahasan soal-soal, mulai hari ini dan seterusnya kegiatan siswa bisa diubah menjadi kegiatan berliterasi.  Kita semua tahu bahwa kemampuan literasi siswa dan orang dewasa di negeri kita ini kan sangat rendah, sehingga pemerintah menggulirkan keputusan kepada semua jenjang pendidikan wajib melaksanakan program litersi. Namun kenyataannya sampai detik ini, peningkatan literasi juga belum menunjukkan perubahan yang signifikan, apalagi di sekolah pinggiran yang orang tuanya sejak kecil tidak mengenal buku.

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran daring tentang literasi ini, siswa tidak hanya dituntut membaca buku, tetapi siswa bisa mengakses semua informasi melalui surat kabar, televisi, radio, media sosial atau peristiwa sehari-hari di lingkungan rumahnya.

Kegiatan siswa bisa berupa membaca berita, artikel bahaya dan pencegahan virus covid-19; menyimak video atau membaca sastra yang berhubungan dengan virus corona ini; atau bacaan-bacaan lain yang memotivasi siswa untuk melakukan perubahan. Sebagai bukti siswa telah melakukan kegiatan literasi, siswa harus menulis rangkuman dan komentar pada buku jurnal literasi siswa.

Selain itu siswa juga bisa menulis pengalamannya sendiiri bagaimana cara menghindari virus berbahaya ini. Untuk bentuk tulisan, beri kebebasan siswa untuk berkreativitas, bisa berupa berita, artikel, cerpen atau puisi, sesuai dengan teks yang pernah diajarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline