Lihat ke Halaman Asli

Enik Rusmiati

TERVERIFIKASI

Guru

Sebab Siswa Lebih Suka Dengar Bel Istirahat daripada Bel Masuk Kelas

Diperbarui: 4 Januari 2020   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Liburan telah selesai, seperti biasa, hari pertama masuk kelas, saya sapa mereka dengan menanyakan bagaimana kabarnya, apa saja pengalaman menarik selama liburan, lebih  senang liburan atau masuk sekolah. Aneka jawaban saya terima dari anak-anak yang masih menginjak usia remaja ini.

Ada yang menjawab lebih suka di rumah karena tidak harus mikir mengerjakan soal. Ada pula yang lebih suka masuk sekolah, karena bila liburan uang saku berhenti, akhirnya tidak bisa jajan.

Lalu saya ambil kesimpulan, oooowww... makanya kalau dengar bel istirahat seneng banget daripada dengar bel masuk kelas? Kompak, serentak mereka menjawab, iyaaaa..dengan diiringi tawa renyahnya.

Entah mengapa, jawaban siswa ini sangat menggelitik saya untuk mengetahui apakah benar bahwa mereka lebih betah tinggal di kantin daripada di kelas. Lalu saya ambil kertas, saya potong-potong.

Selanjutnya saya meminta anak-anak ini menulis alasan mengapa lebih suka mendengarkan bel istirahat daripada bel masuk. Untuk mereka yang merasa sudah nyaman berada kelas, ya  tidak perlu menulisnya. Dan inilah jawaban jujur mereka.

Karena tidak Bisa Mengerjakan Tugas, jadi Bad Mood, kalau Bisa Mengerjakan, Ya Senang

Siapapun orangnya bila bisa menyelesaikan masalahnya, ya  pasti senang. Sebaliknya bila tidak bisa, pasti akan mengubah suasana hati menjadi bad mood atau suasana hati tidak baik.

Ada beberapa faktor yang menjadikan siswa tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, pertama,  karena memang keterbatasan kemampuan anak dalam mengerjakan tugas.

Di sini seorang guru harus bisa menyadari bahwa setiap siswa itu diberi kelemahan namun juga diberi kelebihan pada sisi yang lain. Keadaan ini tidak akan mengganggu emosi siswa, selama guru masih tetap memberikan penghargaan dan pujian terhadap apa yang telah dikerjakan siswa.

Kedua, karena ada permasalahan pada psikologisnya, seperti pembullyan, depresi, kecemasan atau ketakutan. Keadaan  ini akan mengganggu ketenangan siswa dalam menerima materi dari guru.  

Seorang guru harus benar-benar jeli melihat keadaan siswa yang mengalami keadaan psikologis ini. Keterbukaan dan kesabaran adalah kunci utama bila menghadapi siswa yang mengalami kondisi seperti ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline