Liburan tahun ini tidak seperti tahun-tahun lalu, yang selalu saya isi dengan mudik ke kampung halaman, yaitu Jember. Di tempat saya dilahirkan itulah, saya biasanya piknik bersama keluarga besar di tempat wisata yang terdapat di sekitar wilayah Jember.
Namun untuk tahun ini, saya dan keluarga tidak bisa pulang kampung karena si sulung harus menyelesaikan tugas akhir di kampusnya, dan si bungsu ada kegiatan di sekolahnya. Akhirnya diputuskan liburan ini hanya di rumah saja.
Awalnya, saya merasakan ada yang hilang di hati dan pikiran saya. Karena sudah menjadi komitmen dan kebiasaan keluarga bahwa setiap libur semester saya bisa bersilaturahmi dengan keluarga besar di Jember. Namun ternyata hari-hari berikutnya, justru saya melihat ada keceriaan dan kebahagiaan terpancar di wajah anak-anak.
Kalau selama ini, si ibu selalu selalu di kejar-kejar waktu dan pekerjaan. Pagi hari sarapan seadanya, tanpa sajian aneka rupa, bahkan kadang juga tanpa kata-kata. Karena semua harus di lakukan dengan serba cepat dan cukup, agar beberapa tanggung jawab bisa di selesaikan dengan tuntas.
Ketika liburan seperti ini, saya bisa melaksanakan tugas-tugas seorang ibu dengan santai. Bisa memenuhi tuntutan dan kebutuhan sehari-hari keluarga dengan riang. Bisa menjaga dan menemani kegiatan mereka di rumah dengan tenang.
Ternyata, meski tidak diungkapkan dengan kata-kata apa yang diinginkannya, liburan ini saya merasakan bahwa anak-anak itu meski sudah remaja dan dewasa masih sangat butuh kasih sayang, pelayanan dan perhatian seorang ibu.
Mereka tidak pernah meminta dan protes, tapi dari aura dan komentar-komentar yang dilontarkan secara spontan itulah kejujurannya. Misalnya, kalimat begini, "Hari ibu ini ya seperti ini, tidak harus nunggu tanggal 22 Desember".
Saya masih ingat, dulu ketika si bungsu masih duduk di bangku taman kanak-kanak suatu hari pernah protes, bahwa temanya punya ibu hanya di rumah saja, tidak kerja, tapi bisa punya rumah, motor, setiap hari bisa masak, buatkan jajan, dan lain-lain. Mak jleb memang rasanya waktu itu, dan tentu saja sudah saya jelaskan resiko dan tanggung jawab sebuah pilihan hidup masing-masing orang berbeda.
Sebagai orang tua kita kadang menganggap kebahagiaan anak itu bila sudah dituruti permintaan materinya. Kita sering tidak menyadari bahwa ada hal-hal yang sangat mudah kita lakukan justru memberikan kebahagiaan dan kedekatan yang sangat berharga. Apalagi bila kedua orang tua sama-sama sibuknya.
Saat liburan seperti ini, pagi-pagi bisa bangunkan mereka dari tidurnya dengan bahagia, mengajaknya ibadah dan jalan-jalan pagi bersama, melayani permintaan makanan kesukaanya, tentu dengan tangan kita sendiri, bukan instan atau beli di warung. Lalu menikmati hidangan bersama-sama dengan cerita dan canda, tanpa ada ketergesa-gesaan.
Siang hari, ketika mereka pulang, si ibu bisa menyambutnya dengan senyum termanis dan menanyakan ada cerita apa tadi. Lalu, waktu berikutnya masih banyak yang hal-hal kecil yang bisa dilakukan oleh seorang ibu untuk membuat keluarga nyaman, betah dan bahagia di rumahnya.