Seorang anak bertanya kepada lautan
"Kapan burung-burung laut itu akan kembali? Menikmati krill dan cumi-cumi"
"Tanyakan pada bumimu, kapan berhenti mengirim plastik dalam perut samudera, lihatlah, karena tarian manusia langit tak lagi mau menatapku, awan muram dan camar coklat juga enggan kembali marayuku lagi."
Laksana petir menyambar jantungnya, sejenak terperanjat dalam ketidakmengertian masa yang gerah oleh kepongahan hidup.
Berkali-kali ia tuliskan pesan pada pamflet, pada dinding, pada suara dan pada angin yang membawa petuah menuju hati dan jiwa-jiwa yang mengaku bijak. Namun pesan itu hanya ditinggalkan dalam gedung-gedung mewah.
Pada samudera tak bertepi ini, ia inginkan senja hadirkan bangau dan camar pada suasana pesona damai.
Pada lautan ini, ia inginkan hulu menongkah pasang dengan irama riak dan gelombang yang serasi.
Meski harus berkalang kesabaran dan ketabahan namun inilah amanah yang harus dilagukan setiap saat.
"Sampaikan pada burung-burung lautmu, aku akan kembali dengan pelunasan janjiku, mengembalikan keceriaan pinguin, camar dan bangau."
Blitar, 14 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H