Lihat ke Halaman Asli

Enik Rusmiati

TERVERIFIKASI

Guru

Puisi | Bumi Menangis

Diperbarui: 20 Juni 2019   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pxhere.com

Kau datang kepadaku, dengan senyum yang kau manis-maniskan, kau minta aku memberikan ranting dan dahanku. Tanpa tanya alasanmu, aku berikan saja sebagian harta berharga itu untukmu.


Menjelang petang, kau datang lagi dengan sedikit rayuanmu, kau minta sedikit mata air yang telah aku simpan dalam belanga rahasiaku. Melalui diksi termanismu kau sampaikan inginmu, aku tak kuasa menolak, kuberikan sumber mata air itu untuk kau nikmati.


Ketika malam bergelayut, kau datang lagi, kali ini dengan sedikit sombongmu, kau pinta bongkahan anderhsid, kau bilang untuk kehangatan sesamamu. Dan ternyata aku tak kuasa lagi menolak hasratmu itu.


Lagi-lagi kau datang lagi, kali ini kau datang dengan segenap keangkuhanmu, kau paksa aku memberikan tambang permata yang telah aku sembunyikan di perutku. Dengan belatimu kau sobek kulitku hingga muncrat darahku, lalu kau ambil semua milikku tanpa sisa. Tanpa rasa sesal dan belas kasih kau tinggalkan tangis dan perih ini dalam dukaku.


Ooohhh...kembalikan milikku wahai manusia, aku hanya hidup berdampingan dengan cinta, tanpa keserakahanmu.


Blitar, 20 Juni 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline